Kim Jong Un Perintahkan Militer Bersiap Hadapi Kemungkinan 'Perang'

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyampaikan pidato pada rapat pleno akhir tahun Partai Pekerja yang berkuasa, yang diadakan antara 26 Desember dan 30 Desember 2023, di Pyongyang, Korea Utara. (Foto: KCNA melalui AP)

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menutup tahun ini dengan ancaman baru berupa serangan nuklir terhadap Seoul. Ia juga memerintahkan stok persenjataan militer guna mempersiapkan perang yang dapat "pecah kapan saja" di semenanjung tersebut, media pemerintah melaporkan pada Minggu (31/12).

Kim mengecam Amerika Serikat (AS) dalam pidato panjangnya di akhir lima hari pertemuan partai akhir tahun yang menentukan keputusan kebijakan militer, politik, dan ekonomi negaranya untuk 2024.

Pertemuan tersebut mengumumkan rencana untuk pengembangan militer lebih lanjut pada tahun mendatang, termasuk meluncurkan tiga satelit mata-mata lagi, membangun pesawat tak berawak dan mengembangkan kemampuan peperangan elektronik, serta memperkuat kekuatan nuklir dan rudal, menurut kantor berita resmi Korea Central News Agency (KCNA).

Pyongyang tahun ini berhasil meluncurkan satelit pengintai, mengabadikan statusnya sebagai negara tenaga nuklir dalam konstitusinya, dan melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) tercanggih yang ada di gudang senjatanya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa status persiapan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasongpho-18 (Foto: KCNA via KNS)

Pada pertemuan yang berakhir pada Sabtu (30/12), Kim menuduh AS memicu “berbagai jenis ancaman militer.” Ia memerintahkan angkatan bersenjatanya untuk mempertahankan “kemampuan respons perang yang luar biasa,” menurut KCNA.

Hal itu adalah sebuah "fait accompli" bahwa perang dapat pecah kapan saja di semenanjung Korea karena tindakan sembrono musuh yang menyerang kita, kata Kim.

Dalam upaya untuk menghalangi Pyongyang, Washington awal bulan ini mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir di kota pelabuhan Busan di Korea Selatan, dan menerbangkan pesawat pengebom jarak jauhnya dalam latihan dengan Seoul dan Tokyo.

Korea Utara sebelumnya menggambarkan penempatan senjata strategis Washington – seperti pesawat pengebom B-52 – dalam latihan bersama di semenanjung Korea sebagai “langkah provokatif perang nuklir yang disengaja.”

“Kita harus merespons dengan cepat kemungkinan krisis nuklir dan terus mempercepat persiapan untuk menenangkan seluruh wilayah Korea Selatan dengan memobilisasi semua sarana dan kekuatan fisik, termasuk kekuatan nuklir, jika terjadi keadaan darurat,” kata Kim. [ah/ft]