Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengawasi uji coba peluncuran rudal jelajah strategis baru dari kapal selam, kata media pemerintah pada Senin (29/1). Uji coba itu menjadi langkah terbaru yang meningkatkan ketegangan oleh negara berkekuatan senjata nuklir itu.
Pyongyang telah mempercepat pengujian senjata pada tahun baru ini, termasuk pengujian apa yang disebutnya “sistem senjata nuklir bawah air” dan rudal balistik hipersonik berbahan bakar padat.
Dua rudal Pulhwasal-3-31 “terbang di langit di atas Laut Timur ... untuk mencapai sasaran di pulau itu” pada Minggu (28/1), kata kantor berita pemerintah KCNA, dalam laporannya. KCNA menambahkan bahwa Kim telah “memandu” peluncuran tersebut.
Pulhwasal-3-31 adalah generasi baru rudal jelajah strategis, yang menurut Pyongyang baru diuji pertama kali pada Rabu (29/1), menembakkan beberapa rudal ke arah Laut Kuning.
Berbeda dengan uji coba rudal balistik, pengujian rudal jelajah tidak dilarang berdasarkan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Pyongyang yang saat ini berlaku.
Rudal jelajah cenderung berbahan bakar jet dan terbang pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan rudal balistik yang lebih canggih, sehingga lebih sulit dideteksi dan dicegat.
KCNA melaporkan “rudal jelajah strategis yang diluncurkan kapal selam” (SLCM) berada di udara selama 7.421 detik dan 7.445 detik -- atau sekitar dua jam -- namun tidak disebutkan seberapa jauh rudal tersebut terbang atau apakah diluncurkan dari atas atau bawah permukaan air.
Kemampuan sebenarnya dari Korea Utara untuk peluncuran berbasis laut, masih belum jelas, dan uji coba sebelumnya dilakukan dari kapal yang lebih tua, termasuk dari platform bawah air, dan bukan dari kapal selam yang sebenarnya.
Foto-foto yang dimuat oleh media pemerintah menunjukkan sebuah rudal membubung ke langit dari dalam air, meninggalkan jejak asap putih yang sangat besar, sehingga tidak jelas jenis platform yang digunakan untuk menembakkannya.
Pada Maret tahun lalu, Korea Utara meluncurkan dua SLCM yang terbang sejauh 1.500 kilometer, menurut Pyongyang, menempatkan seluruh Korea Selatan dan sebagian besar Jepang dalam jangkauannya.
Namun para analis mengatakan tampaknya senjata tersebut diluncurkan dari atas permukaan air, sehingga menghilangkan fungsi siluman dari senjata itu sendiri.
Kim menyatakan “kepuasan besar” atas uji coba hari Minggu itu, kata KCNA, “yang memiliki arti strategis dalam melaksanakan rencana... untuk memodernisasi angkatan bersenjata yang bertujuan membangun kekuatan angkatan laut yang kuat.”
Pemimpin Korea Utara secara terpisah memeriksa “pembangunan kapal selam nuklir” dan membahas isu-isu terkait pembangunan kapal perang baru lainnya, tambah laporan itu tanpa memberikan rincian.
Meningkatkan kekuatan angkatan laut negara tersebutm adalah salah satu keputusan penting yang dicapai pada pertemuan partai akhir tahun, dan mengingat peluncuran hari Minggu diawasi secara pribadi oleh Kim, para analis mengatakan hal ini menandakan arah kebijakan pertahanan Pyongyang tahun ini.
“Mereka akan fokus pada peningkatan kekuatan angkatan laut di Laut Timur dan pengujian sistem senjata yang dapat dipasang di kapal selam, dengan upaya pertama adalah rudal jelajah strategis ini,” kata Yang Moo-jin, presiden dari Universitas North Korean Studies.
“Di masa depan, hal ini akan mengarah pada pengembangan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam dan kapal selam bertenaga nuklir, yang akan memiliki dampak yang jauh lebih tinggi dibandingkan SLCM,” tambahnya.
Korea Utara telah memiliki rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) yang disebut Pukguksong-3, dengan perkiraan jangkauan 1.900 kilometer. [ns/rs]