Tautan-tautan Akses

Wamenlu China dan Wamenlu Korut Bertemu di Pyongyang


Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong saat ia mengunjungi patung Pendiri Korea Utara Kim Il Sung dan Mendiang Pemimpin Kim Jong Il di Pyongyang, Korea Utara, 26 Januari 2024. (Foto: KCNA melalui REUTERS)
Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong saat ia mengunjungi patung Pendiri Korea Utara Kim Il Sung dan Mendiang Pemimpin Kim Jong Il di Pyongyang, Korea Utara, 26 Januari 2024. (Foto: KCNA melalui REUTERS)

Wakil menteri luar negeri China berada di Pyongyang pada hari Jumat (26/1) untuk bertemu dengan mitranya dari Korea Utara.

China dan Rusia adalah sekutu tradisional Korea Utara, dan Washington tahun lalu memperingatkan bahwa hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow “meningkat dan berbahaya”.

Amerika Serikat telah meminta Beijing – penyumbang ekonomi terbesar bagi Korea Utara – untuk menahan Pyongyang.

“Delegasi Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat China, dipimpin oleh Kamerad Sun Weidong, Wakil Menteri Luar Negeri, tiba di Pyongyang pada tanggal 25,” kata kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, Jumat.

Foto-foto AFP menunjukkan Weidong dan delegasinya bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Pak Myong Ho dan sejumlah pejabat lainnya di Istana Kebudayaan Rakyat di ibu kota.

Delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong berfoto saat berkunjung ke negara tersebut, di Pyongyang, Korea Utara. (Foto: KCNA via REUTERS)
Delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong berfoto saat berkunjung ke negara tersebut, di Pyongyang, Korea Utara. (Foto: KCNA via REUTERS)

Kunjungan Sun terjadi ketika Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada hari Jumat dan Sabtu di Thailand, sewaktu kedua negara berupaya memperbaiki hubungan setelah ketegangan selama bertahun-tahun.

Awal bulan ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan Pyongyang dan Beijing telah menetapkan tahun 2024 sebagai “tahun persahabatan DPRK-China,” menggunakan akronim nama resmi Korea Utara.

Kedua negara “akan lebih meningkatkan pertukaran dan kunjungan di segala bidang, termasuk politik, ekonomi dan budaya” tahun ini, dan menambahkan akan membuka “halaman baru dalam sejarah hubungan DPRK-China,” kata Kim dalam pesannya kepada Presiden China Xi. Jinping, menurut KCNA.

Pesan ramah Kim kepada Xi sangat kontras dengan retorikanya yang sangat agresif baru-baru ini terhadap Korea Selatan.

Awal bulan ini, Kim menyatakan Seoul sebagai “musuh utama” negaranya, membubarkan lembaga-lembaga yang didedikasikan untuk tujuan reunifikasi, dan mengancam akan melangsungkan perang jika wilayahnya dilanggar sekecil apapun..

Sewaktu ancaman dari Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir semakin meningkat, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berusaha lebih mendekatkam Seoul ke sekutu lamanya, Washington.

Sementara Tokyo, Seoul dan Washington telah mengadakan latihan militer bersama melawan meningkatnya ancaman Korea Utara, Beijing tahun lalu mengirim pejabat senior untuk menghadiri parade militer Pyongyang.

Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, baik China dan Rusia telah menghalangi upaya yang dipimpin oleh Washington untuk menjatuhkan sanksi yang lebih ketat terhadap Korea Utara sebagai tanggapan atas peningkatan aktivitas pengujian senjata dalam beberapa bulan terakhir.

Kim juga berhasil menempatkan satelit mata-mata ke orbit pada akhir tahun lalu, setelah menerima apa yang dikatakan Seoul sebagai bantuan Rusia, sebagai imbalan atas transfer senjata untuk perang Moskow di Ukraina. [ab/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG