Ramadan, bulan suci bagi ummat Islam, merupakan tantangan tersendiri bagi atlet profesional seperti pemain sepak bola, kiper Bilal Hamid.
Ramadan adalah saat untuk melakukan refleksi, menghormati wahyu pertama Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad. Selama satu bulan penuh Muslim yang sehat juga tidak mengkonsumsi makanan dan minuman dari matahari terbit sampai terbenam.
Hamid adalah kiper andalan klub liga sepakbola AS yang berlokasi di kota Washington, yaitu "D.C. United".
"Jelas, Amerika bukan negara sepak bola utama, tapi ... saya telah menjadi penggemar sepakbola sepanjang hidup saya. Ini adalah bagian dari budaya saya," tutur Hamid.
"Ini juga adalah bagian besar dari budaya keluarga saya dan bagian dari keluarga saya berasal," imbuhnya.
Bilal Hamid, yang biasa dipanggil dengan "Bill", adalah generasi pertama warga Amerika yang berasal dari keluarga Muslim yang datang dari Sierra Leone. Dia berdoa bersama keluarganya sebelum pertandingan klubnya di Washington DC, dan berdoa sendirian saat klubnya melakukan pertandingan tandang ke kandang lawan.
"Saya biasanya berdiri di garis gawang saya," katanya. "Saya akan membaca Al-Fatihah, tepat sebelum pertandingan. Tepat saat kami melintasi garis putih, saya akan kembali membaca Al-Fatiha ... dan kemudian dari situ hanya memusatkan pikiran saya pada permainan. "
Sebagai pemain sepakbola, selama bulan Ramadhan Bill Hamid harus melakukan beberapa penyesuaian.
"Saya melakukan ibadah semaksimal mungkin pada hari-hari di mana saya tidak harus bersiap menghadapi pertandingan," katanya. "Ini penting dilakukan di bulan suci Ramadan untuk memastikan Anda membuat pilihan yang tepat."
"Tidak mudah berada di lapangan terutama di saat seperti ini (musim panas) di mana cuaca menjadi sangat panas," kata Hamid, "... jadi saya ingin mengkonsumsi makanan yang benar untuk memastikan bahwa saya memiliki energi dan kekuatan untuk bisa bermain sebaik mungkin."
"Tidak mudah untuk menjadi seorang Muslim yang baik, tapi memang tidak ada sesuatu yang mudah, jadi Anda harus berusaha semaksimal mungkin," tandasnya.
Hamid mengatakan bahwa pelajaran yang dia peroleh dari keluarga dan keyakinannya telah membimbing hidupnya di dalam dan di luar lapangan sepakbola. [pp]