Kisah Saksi Mata Pemboman Gereja Katolik Ngagel di Surabaya

  • Petrus Riski

Para polisi berjaga di luar Gereja Santa Maria Tak Tercela menyusul ledakan bom di gereja tersebut, di Surabaya, Jawa Timur, 13 Mei 2018 (Antara Foto/M Risyal Hidayat / via Reuters)

Aksi terorisme yang terjadi di Surabaya, Minggu (13/5) pagi, menyisakan kisah sedih bagi korban maupun saksi mata kejadian ini. Peristiwa tak terduga ini menimbulkan kepanikan warga, sekaligus kecaman dari sejumlah tokoh agama dan masyarakat.

Peristiwa Minggu (13/5) pagi itu tidak akan dilupakan oleh Pembayun Abi, seorang pekerja di kawasan Ngagel.

Pada saat kejadian, Abi baru saja selesai sarapan di salah satu warung di seberang Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. Sekitar pukul 7, saat hendak kembali ke tempat kerjanya, yang berjarak 100 meter dari warung tempat dia makan, Abi dikejutkan suara ledakan keras yang disertai getaran cukup kuat.

Rasa ingin tahu mendorong Abi mencari tahu sumber suara ledakan, dengan berjalan mengarah ke depan gereja. Tak disangka pemandangan kurang sedap terpampang di jalanan depan gereja. Serpihan aneka benda yang terkena ledakan dan suara teriakan dari orang-orang yang berlarian, tersaji di hadapannya saat mendekati gedung gereja.

“Mobil, terus kaca-kaca itu, kacanya gereja pada pecah semua, pos security hancur, motor, terus darah-darah itu berserakan di atas, di genteng-gentengnya gereja,” kata Pembayun Abi.

Polisi mensterilkan jalanan yang diduga terdapat serpihan tubuh korban ledakan bom di sekitar Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Surabaya, 13 Mei 2018. (Foto: VOA/Petrus Riski)

Abi sempat merekam situasi di lokasi sekitar tempat kejadian, dengan kamera telepon genggamnya. Dari pengamatan dan informasi yang diperolehnya, pelaku peledakan bom bunuh diri adalah dua orang pria berboncengan sepeda motor sambil membawa sesuatu di bagian boncengan.

Abi memperkirakan korban ledakan cukup banyak, karena kondisi gereja sedang peralihan dari bubaran Misa pertama ke Misa kedua yang belum dimulai. Jemaat yang masuk melalui gerbang samping gereja, diduga paling banyak menjadi korban ledakan. Tidak hanya pos pengamanan dan halaman gereja yang porak poranda, beberapa bangunan di seberang gereja juga pecah kacanya akibat kerasnya ledakan bom.

“Motornya kalau gak salah itu Jupiter MX (Yamaha), dua orang. Kalau platnya saya tidak tahu, dua orang berboncengan laki semua kayaknya, pake helm soalnya, bunuh diri. Dia itu langsung masuk ke pintu gerbangnya (samping) gereja itu, mungkin belum berhenti kok, dia masih jalan langsung meledak,” kata Abi.

Baca: Yogya Turut Melawan Teror Surabaya

Menyikapi peristiwa ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Surabaya, Ewaldus Bole, mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian teror di Kota Surabaya yang selama ini dikenal aman dan tenang.

Ewaldus Bole akan mengajak sejumlah elemen mahasiswa lintas agama maupun pemuda gereja lainnya, untuk membantu membersihkan gereja yang terkena bom, pasca identifikasi dan olah tempat kejadian peristiwa selesai dilakukan. Bahkan, pihaknya siap membantu menjaga dan mengamankan gereja-gereja pasca terjadinya ledakan.

“Yang pasti kita ambil bagian dalam gereja, dan juga kita akan mengawal penyelesaian kasus ini. Setelah ini kita akan bertemu dengan Romo Paroki, kemudian kita akan konsolidasi teman-teman mahasiswa, organisasi eksternal kampusnya, teman-teman dari GMKI, GMNI, PMII, HMI, kita akan usahakan itu (bantu pengamanan gereja),” kata Ewaldus Bole, Ketua Presidium PMKRI Surabaya.

Beberapa orang mulai membersihkan bagian luar satu dari tiga gereja yang sehari sebelumnya diserang bom bunuh diri di Surabaya, 14 Mei 2018.

Mahfud MD mewakili Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, mengecam serangan teror yang dilakukan di rumah ibadah hingga menimbulkan korban jiwa. Mahfud mengatakan pelaku teror telah melakukan pelanggaran ajaran agama sehingga layak ditindak tegas.

“Pemeluk agama apapun yang melakukan teror itu, adalah pasti melanggar dari ajaran agamanya, pasti ingkar dari ajaran agamanya, karena ajaran apapun yang hidup di Indonesia ini adalah agama yang pasti menolak terorisme,” kata Mafhud MD.

“Oleh sebab itu, jangan dikait-kaitkan dengan bahwa pelaku terorisme itu adalah berjuang untuk agama, mereka tetap harus ditumpas karena mereka sebenarnya anti agama,” Mahfud menegaskan.

Baca: Bom Surabaya Upaya Adu Domba Antar Umat Beragama

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin, menyerukan semua umat beragama tidak terprovokasi atas kejadian teror ini, dan mengajak semua umat beragama bersatu menolak terorisme di Indonesia.

“Saya mengimbau umat Islam, kaum Kristiani khususnya, tidak terpancing, tidak terprovokasi oleh kejadian di Surabaya ini. Dan kita berharap sekali, ini adalah kali terakhir. Maka pada umat Islam, umat beragama secara luas, marilah kita bersatu padu untuk menolak setiap aksi, gelagat dan gejala terorisme di tanah air kita ini,” kata Din Syamsuddin.

Kejadian teror di tiga gereja di Surabaya, salah satunya di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, sempat membuat Keuskupan Surabaya mengeluarkan anjuran untuk meniadakan Misa pada sore dan malam hari, terutama gereja di Surabaya yang menerima ancaman dan terkena teror bom.

Your browser doesn’t support HTML5

Kisah Saksi Mata Pemboman Gereja Katolik Ngagel di Surabaya

Uskup Keuskupan Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, mengajak umat Kristiani untuk terus waspada, namun tidak perlu takut dan tetap beraktivitas di gereja.

“Ya waspada saja, waspada, tetap saja dengan pelayanan (di gereja) sehari-hari, dan terutama hari Minggu ya tidak perlu dikurangi,” kata Uskup Keuskupan Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.