Tim penyelidik PBB telah mendengar cerita-cerita tentang pelecehan seksual dari sejumlah anak laki-laki di Republik Afrika Tengah pada bulan Mei dan Juni 2014, di mana tentara Perancis berada disana untuk melindungi kamp pengungsi yang luas di ibukota Bangui.
Satu tahun kemudian pengungkapan tentang bagaimana PBB menangani pengakuan anak-anak itu mengejutkan pihak-pihak di dalam dan luar badan dunia tersebut. Pengakuan-pengakuan yang diberi tanda “sangat rahasia” itu menunjukkan bahwa pejabat-pejabat tinggi PBB gagal menindaklanjuti pengakuan yang dikumpulkan badan mereka itu sendiri.
Tidak ada satu orang pun yang ditangkap dan tidak jelas dimana tentara-tentara – pendukung pasukan penjaga perdamaian PBB – itu sekarang berada. PBB tampaknya tidak bisa menyatakan kapan pelecehan seksual itu berhenti atau berapa lama pelecehan seksual itu terjadi sehingga mendorong dilakukannya penyelidikan.
Anak-anak laki-laki itu mengatakan awalnya mereka mendekati tentara-tentara Perancis itu karena mereka sangat lapar. Beberapa diantara mereka sangat kecil sehingga tidak memahami tindakan yang diinginkan tentara yang mereka dekati itu sebagai imbalan makanan yang diberikan.
Seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 8 atau 9 tahun mengatakan ia melakukan oral seks beberapa kali dengan tentara yang sama, “hingga pada satu hari seorang anak yang lebih tua melihat apa yang dilakukannya dan mengatakan ia melakukan hal yang buruk”.
Seorang anak laki-laki lain yang berusia sembilan tahun mengatakan ia mengira tentara itu sedang buang air kecil. Demikian petikan dokumen yang mengejutkan PBB tersebut.
Hari Jumat (29/5) semakin banyak dokumen yang dikeluarkan LSM yang dikelola oleh dua bekas staff PBB, yang menyerukan penyelidikan independen terhadap kasus itu. Dokumen itu menunjukkan pejabat-pejabat PBB tidak membantu penyelidikan Perancis atas tuduhan tersebut, tetapi justru menyelidiki staf yang pertama kali menyampaikan tuduhan tersebut kepada pihak berwenang Perancis.
Sebuah laporan terpisah yang memuat tuduhan anak-anak tersebut dan berhasil didapatkan kantor berita Associated Press menyatakan pengakuan pertama disampaikan tanggal 19 Mei kepada seorang staf PBB urusan HAM dan seorang petugas perlindungan anak UNICEF.
Wawancara atas anak-anak itu dilanjutkan hingga tanggal 24 Juni. Seorang staf PBB urusan HAM yang berkantor di Jenewa menyampaikan laporan itu kepada pihak berwenang Perancis pada bulan Juli.
Juru bicara UNICEF belum menanggapi pertanyaan Associated Press tentang bagaimana badan itu melaporan tuduhan tersebut dan kepada siapa.
Kasus itu telah membuka kelemahan PBB yang selama ini menjadikan HAM sebagai salah satu dari tiga pilar utamanya. Belum ada pedoman khusus untuk mengatasi tuduhan pelecehan seks terhadap anak-anak dan belum ada keharusan untuk melakukan menyampaikan laporan sesegera mungkin.
Bahkan ketika tim penyelidik Perancis tiba di lokasi Misi Penjaga Perdamaian PBB di Bangui untuk menyelidiki tuduhan-tuduhan tersebut berdasarkan laporan yang telah disampaikan kepada pihak berwenang Perancis, mereka diminta untuk melakukannya lewat jalur PBB yang seharusnya dan bicara dengan kantor PBB urusan HAM di Jenewa.