Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sekaligus investigator kecelakaan Lion Air JT 610 Nurcahyo Utomo mengungkapkan adanya kepanikan yang terekam oleh Cockpit Voice Recorder (CVR) pada penerbangan Lion Air JT 610 jurusan Jakarta-Pangkal Pinang beberapa detik, sebelum akhirnya jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 lalu.
Namun, ia tidak menjabarkan dengan jelas apa isi dari kepanikan tersebut, dan membantah adanya teriakan kata “Allahu Akbar” seperti yang ramai diberitakan di media-media.
“Yang saya sampaikan di media itu adalah, mereka bertanya apakah ada kepanikan di akhir penerbangan? Saya sampaikan sepertinya ada, apa yang mereka teriakkan? Wah saya tidak tahu , saya gak bisa ngomong apa yang mereka teriakkan, terus apa kepanikannya terlihat dari mana? Saya cuma sampaikan bahwa di akhir penerbangan sepertinya pilot merasa bahwa dia tidak bisa lagi merecover penerbangan itu, disitu muncul kepanikan. Itu saja yang saya sampaikan. Akhirnya yang baca di media muncul Allahuakbar , saya gak bilang bahwa disitu ada kata Allahuakbar. Tapi saya gak tahu ko media bisa ngomong Allahuakbar,”ungkapnya dalam konferensi pers, di Gedung KNKT, Jakarta, Kamis (21/3).
Lebih lanjut, pihak KNKT sekaligus mengklarifikasi pemberitaan di sejumlah media internasional, di mana ada beberapa sumber yang membocorkan isi daripada CVR penerbangan Lion Air JT 610 dan penerbangan Lion Air JT043 jurusan Denpasar-Jakarta.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa isi CVR yang beredar di media adalah tidak sama dengan rekaman CVR yang sebenarnya. Sampai saat ini data dan transkripnya hanya dimiliki oleh KNKT, dan tersimpan aman dalam data di komputer yang tidak terkoneksi dengan internet. Memang diakui oleh pihak KNKT bahwa beberapa pihak seperti pihak dari Amerika Serikat sebagai negara pembuat pesawat, Boeing, FAA dan NTHB serta pihak Lion Air pernah mendengarkan isi daripada CVR tersebut, dan pernah membaca transkrip termasuk terjemahannya untuk kepentingan investigasi.
BACA JUGA: Departemen Kehakiman AS Selidiki Pengembangan Boeing 737 MaxNamun sekali lagi, KNKT menekankan bahwa mereka hanya mendengarkan dan tidak memilikinya.
“KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT610 sampai dengan akhir penerbangan. Penerbangan JT043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada lagi di CVR. KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media. Sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti CVR,” jelas Soetjahjo.
Your browser doesn’t support HTML5
Dalam kesempatan ini, KNKT juga menyampaikan bahwa memang benar memang ada pilot lain atau pilot ketiga dalam penerbangan JT043 jurusan Denpassar-Jakarta yang ada dalam cockpit. Pilot ini merupakan pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta. Pilot ini pun memiliki kualifikasi sebagai pilot B737-8 (MAX).
Pihak KNKT pun sudah melakukan interview kepada pilot yang bersangkutan untuk mengetahui apa yang dilihat dan yang didengar, termasuk suasana penerbangan pada saat itu, tetapi ketika ditanyakan lebih jauh apa kontribusi pilot ketiga itu dalam penerbangan, pihaknya tidak mau berspekulasi. Yang jelas bahwa hasil interview tersebut selama proses investigasi, sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku tidak boleh diungkapkan kepada publik.
Adapun perkembangan investigasi JT610 ini, disampaikan bahwa KNKT telah melakukan kunjungan ke Boeing untuk melakukan rekonstruksi penerbangan JT610 menggunakan engineering simulator dan diskusi terkait sistem pesawat B737-8 (MAX).
BACA JUGA: KNKT Bantah Rincian Penyelidikan Lion Air yang BocorKNKT juga telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA terkait dengan design system MCAS (Manuvering Characteristic Augmentation System) dan Approval yang diberikan oleh FAA. Terkait seluruh hasil investigasi ini akan disampaikan pada final report yang dijadwalkan akan dipublikasikan pada Agustus atau September 2019 nanti.
Nurcahyo juga menambahkan bahwa nantinya isi CVR tidak akan diungkap seluruhnya kepada publik. Yang akan dipublikasikan adalah beberapa petikan percakapan antara pilot dan co-pilot, yang diharapkan sudah bisa memberikan kesimpulan dan esensi dari percakapan tersebut.
Terkait kecelakan yang terjadi di Ethiopia pada 10 Maret 2019, yang disebutkan bahwa ada kesamaan antara kecelakaan ET 302 dengan JT610, pihak Indonesia dalam hal ini KNKT telah mengajukan kerjasama investigasi dengan otoritas Ethiopia. Nurcahyo mengatakan, kerja sama ini ditujukan untuk keperluan bersama dan saling melengkapi data kecelakaan yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keselamatan penerbangan.
BACA JUGA: Ethiopia Temukan Kemiripan Kasus 2 Boeing 737 MAX 8 yang Jatuh“Katanya ada kemiripan antara kecelekaan Ethiopia dengan Lion Air, kalau memang ada kemiripan alangkah baiknya kalau Indonesia dan Ethiopia bekerjasama supaya bisa berbagi data, berbagi informasi, untuk peningkatan keselamatan. Kami sudah mengirimkan surat, mengajukan penawaran kerjasama. Kita pertama kirim melalui email, belum ada jawaban, kita kirim melalui teman-teman kita di NTHB, kita kirim kepada teman-teman kita di Perancis, sampai dengan tadi malam, infonya surat dari kita sudah mereka terima oleh otoritas Ethiopia, mereka sekarang sedang melakukan kajian perlu atau tidak bekerja sama dengan Indonesia. Belum ada yang pergi ke Ethiopia dan jawaban dari mereka juga belum ada,” paparnya. (gi/em)