Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia, Navi Pillay hari Senin (9/9) di Jenewa mencela kegagalan masyarakat internasional menghentikan pembantaian di Suriah.
JENEWA, SWISS —
Dalam mengemukakan kemasgulannya tentang penggunaan senjata kimia, Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia, Navi Pillay mengajak semua bangsa bekerjasama mencari penyelesaian politik bagi konflik di Suriah yang kini memasuki tahun ketiga. Pandangan Pillay ini diucapkannya tatkala membuka sidang tiga pekan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.
Navi Pillay mengatakan, masyarakat internasional mesti menghentikan kekejaman yang terjadi di Suriah sebelum keadaan berkembang sehingga tidak lagi dapat dikuasai.
"Masyarakat internasional terlambat, sangat terlambat mengambil tindakan serius bersama untuk menghentikan siklus keganasan yang mencekam Suriah, pembantaian manusianya dan penghancuran kota-kotanya. Sekarang ini bukanlah saatnya bagi negara-negara besar dan kuat untuk terus berbeda pendapat tentang langkah maju ke depan, atau bagi kepentingan geopolitik untuk mendahulukan kewajiban legal dan moral menyelamatkan jiwa dengan mengakhiri konflik tersebut," kritik Pillay.
Pillay melampiaskan kemurkaannya mengenai penggunaan senjata kimia di Suriah dengan menyebutnya salah satu kejahatan tergawat yang pernah terjadi. Ia tidak bersedia menuding siapa yang salah apakah pemerintah atau pemberontak pada tahap sekarang ini, sebab keadaan dan tanggungjawab masih perlu dijelaskan.
Namun, Amerika berpendapat bahwa tidak dapat disangkal pemerintahan Bashar al-Assad telah menggunakan senjata gas racun terhadap bangsanya sendiri tanggal 21 Agustus di satu pinggiran kota Damaskus. Suriah membantah keras tuduhan ini.
Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry dewasa ini sedang giat melakukan upaya diplomasi mengumpulkan dukungan internasional bagi kemungkinan Amerika melancarkan serangan militer terhadap Suriah. Namun, pemimpin-pemimpin dunia tetap terpecah dalam soal ini.
Rusia terutama sangat menentang tindakan militer terhadap sekutunya itu. Rusia bersama China sejauh ini sudah menjegal tiga resolusi yang didukung Barat di Dewan Keamanan PBB yang isinya mengutuk Presiden Suriah Assad dan untuk mengakhiri kekerasan di negara itu.
Amerika menyatakan, pihaknya tidak dapat berharap PBB akan menuding Suriah melakukan kejahatan perang, sehingga terpaksa bertindak sendiri. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon masih terus meminta pemerintahan Obama memberi kesempatan pada diplomasi untuk bekerja. Ia mengingatkan, tindakan militer oleh Amerika dapat mengobarkan konflik Suriah itu.
Navi Pillay mengatakan, tidak ada jalan keluar yang mudah, tidak tampak ada penyelesaian bagi konflik itu kecuali segera diadakan perundingan mencari langkah-langkah guna mengakhirinya.
Navi Pillay mengatakan, masyarakat internasional mesti menghentikan kekejaman yang terjadi di Suriah sebelum keadaan berkembang sehingga tidak lagi dapat dikuasai.
"Masyarakat internasional terlambat, sangat terlambat mengambil tindakan serius bersama untuk menghentikan siklus keganasan yang mencekam Suriah, pembantaian manusianya dan penghancuran kota-kotanya. Sekarang ini bukanlah saatnya bagi negara-negara besar dan kuat untuk terus berbeda pendapat tentang langkah maju ke depan, atau bagi kepentingan geopolitik untuk mendahulukan kewajiban legal dan moral menyelamatkan jiwa dengan mengakhiri konflik tersebut," kritik Pillay.
Pillay melampiaskan kemurkaannya mengenai penggunaan senjata kimia di Suriah dengan menyebutnya salah satu kejahatan tergawat yang pernah terjadi. Ia tidak bersedia menuding siapa yang salah apakah pemerintah atau pemberontak pada tahap sekarang ini, sebab keadaan dan tanggungjawab masih perlu dijelaskan.
Namun, Amerika berpendapat bahwa tidak dapat disangkal pemerintahan Bashar al-Assad telah menggunakan senjata gas racun terhadap bangsanya sendiri tanggal 21 Agustus di satu pinggiran kota Damaskus. Suriah membantah keras tuduhan ini.
Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry dewasa ini sedang giat melakukan upaya diplomasi mengumpulkan dukungan internasional bagi kemungkinan Amerika melancarkan serangan militer terhadap Suriah. Namun, pemimpin-pemimpin dunia tetap terpecah dalam soal ini.
Rusia terutama sangat menentang tindakan militer terhadap sekutunya itu. Rusia bersama China sejauh ini sudah menjegal tiga resolusi yang didukung Barat di Dewan Keamanan PBB yang isinya mengutuk Presiden Suriah Assad dan untuk mengakhiri kekerasan di negara itu.
Amerika menyatakan, pihaknya tidak dapat berharap PBB akan menuding Suriah melakukan kejahatan perang, sehingga terpaksa bertindak sendiri. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon masih terus meminta pemerintahan Obama memberi kesempatan pada diplomasi untuk bekerja. Ia mengingatkan, tindakan militer oleh Amerika dapat mengobarkan konflik Suriah itu.
Navi Pillay mengatakan, tidak ada jalan keluar yang mudah, tidak tampak ada penyelesaian bagi konflik itu kecuali segera diadakan perundingan mencari langkah-langkah guna mengakhirinya.