Ismet Tekin masih belum bisa melupakan tragedi yang menimpa kedai makanannya, Kiez Doner, lebih dari setahun lalu, tepatnya 9 Oktober 2019. Pada Yom Kippur, atau Hari Penebusan, salah satu hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi, seorang pria neo-nazi menyerang tokonya.
Penyelidikan polisi menunjukkan, penyerang bersenjata itu sebetulnya berencana menerobos masuk sinagoga di dekatnya. Usahanyaitu gagal karena sinagoga tersebut terkunci rapat dan bom buatan penyerang itu tidak berfungsi sebagaimana diharapkan. Karena sudah terlanjur menjalankan misinya, ia mengalihkan sasarannya ke toko kebab milik Tekin dengan harapan menemukan sejumlah Muslim untuk dibantai.
Seorang pria bukan Muslim yang sedang menikmati hidangan di kedai itu tewas ditembak. Seorang perempuan yang kebetulan berjalan melintasi sinagoga itu juga kehilangan nyawanya. Tekin sendiri sendiri sedang pergi belanja, sementara suadara laki-lakinya yang bertugas menjaga kedai itu berhasil melarikan diri. Kedai itu kemudian menjadi lokasi penting bagi warga Yahudi Jerman, atau bukti sejarah serangan anti-Yahudi yang gagal.
Menyusul tragedi itu, dan pandemi virus corona yang berkepanjangan, kedai itu kehilangan pelanggan dan hampir tidak memberi keuntungan. Sampai-sampai Tekin dan saudaranya yang menjadi rekan bisnisnya berniat menutup kedai tersebut.
Tekin mengatakan, tidak ada yang memperdulikan dirinya dan bisnisnya.
“Apa yang yang terjadi setelah itu sungguh mengecewakan. Tidak ada orang yang datang, tidak ada yang menunjukkan perhatian. Kami merasa seperti tidak diperdulikan," katanya.
BACA JUGA: Restoran Jadi Jembatan Komunikasi Muslim dan Yahudi di ASUsahanya untuk mendapat bantuan pemerintah Jerman gagal. Sebagai pemilik, ia tidak menjadi korban serangan itu sehingga tidak berhak mendapat kompensasi sebagaiman tersurat dalam undang-undang Kompensasi Korban Serangan Teroris yang berlaku di Jerman.
Pukulan ekonom yang dialami pria Muslim ini rupanya tidak luput dari perhatian sejumla mahasiswa Yahudi di Jerman, yang beberapa di antara mereka terkadang berkunjung ke kedai kebab Tekin. Melalui Asosiasi Mahasiswa Yahudi di Jerman, mereka menggalang dana lewat GoFundMe dan berhasil mengumpulkan lebih dari $40 ribu – jauh lebih banyak dari target awal mereka, yakni sekitar $8.000.
Ruben Gerczikow, wakil presiden Asosiasi Mahasiswa Yahudi di Jerman, mengatakan, ia dan teman-temannya tidak hanya ingin melakukan sesuatu yang membangkitkan perhatian pada perjuangan pemilik kedai itu, tetapi juga memberikan dukungan finansial yang konkret.
Tidak hanya Asosiasi Mahasiswa Yahudi di Jerman yang mengulurkan bantuan. Komunitas Yahudi di Halle, yang menjadi sasaran sesunggguhnya, juga menawarkan bantuan serupa. Mereka menggalang dana dengan menawarkan voucher belanja hingga seribu kebab di kedai itu.
“Berkat solidaritas ini, kedai kebab ini tetap bertahan sebagai tempat di mana kita bisa dapat membeli makanan. Tanpa solidaritas, kita seperti mendukung tujuan penyerang tragedi itu. Pemilik kedai ini berhak mendapat perhatian," kata Igor Matviyets seorang anggota komunitas Yahudi di Halle.
Tekin yang datang dari Turki ke Jerman 13 tahun lalu kini kembali meraih kepercayaan diri dan kepercayaan dalam menentang diskriminasi agama.
“Kita bersama-sama sebagai imigran, tanpa memandang ras dan agama, menentang diskriminasi. Masyarakat Jerman pada umumnya juga menghargai keberagaman dan menentang diskriminasi," kata pria berusia 37 tahun ini
Berkat bantuan yang diperolehnya, Tekin kini berniat merenovasi toko kebabnya agar terlihat lebih mengundang. Ia berharap, segera setelah pandemi berakhir, kedainya ramai dikunjungi.
“Kami akan menawarkan lebih banyak pilihan makanan, tidak hanya kebab. Setiap harinya makanan kami akan bervariasi. Mudah-mudahan, tempat ini menjadi restoran pilihan yang menarik bagi warga Halle.” [ab/uh]