Tanggapan terhadap konflik di Mali menjadi topik utama pembahasan dalam KTT Uni Afrika, yang dibuka hari Minggu di Addis Ababa.
ADDIS ABABA —
Tema KTT Uni Afrika adalah persatuan Afrika dan African Renaissance, imbauan bagi integrasi yang lebih besar di kalangan negara-negara anggota dan perayaan pertumbuhan pesat ekonomi benua itu.
Dalam upacara pembukaan, Ketua Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma mengatakan harapan bagi masa depan benua itu terletak pada kemampuannya menjaga perdamaian.
"Sekalipun optimistis, kita sadar tantangan besar masih menghadang. Kita tahu perlunya perdamaian dan keamanan. Tanpa perdamaian dan keamanan, tidak ada negara atau wilayah bisa berharap mencapai kemakmuran pesat bagi semua warganya."
KTT itu diadakan sementara tentara Afrika ditempatkan ke Mali untuk mendukung tentara nasional negara itu dalam menghadapi militan terkait al-Qaida yang merebut wilayah di Mali utara setelah terjadi kudeta Maret lalu.
Tentara Burkina Faso, Niger dan Chad sudah berada di sana, karena operasi yang awalnya hanya melibatkan blok ekonomi Afrika Barat (ECOWAS) diperluas mencakup negara-negara Afrika lainnya serta Perancis.
Pasukan itu semula akan terdiri atas sekitar 3.300 tentara, tetapi negara-negara kini menjanjikan hampir 6.000.
Kepala negara dan pemerintah Afrika akan mempertimbangkan usul Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika untuk menyetujui peningkatan jumlah tentara dan bantuan PBB.
Ketua Komisi Uni Afrika yang baru terpilih, Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn, menyatakan dukungan bagi inisiatif Afrika itu. Ia mengatakan, "Kita harus melakukan apa saja yang mungkin untuk membantu memulihkan ketertiban konstitusional di Mali, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah negara itu dan mengatasi krisis kemanusiaan dengan bekerja sama dengan ECOWAS, PBB, dan mitra-mitra internasional lainnya."
Presiden baru Somalia Hassan Sheikh Mohamud berpidato dalam KTT itu sebagai penerima bantuan misi lain militer Uni Afrika (AMISOM) yang ikut mengusir militan al-Shabab keluar dari ibukota Somalia dan kota-kota penting lain. Ia mengatakan,
"Atas nama rakyat Somalia, saya mengucapkan terima-kasih tak terhingga kepada Uni Afrika dan tentara kalian semua atas dukungan dan komitmen serta nyawa yang hilang demi mengembalikan ibu pertiwi kami tercinta ke peradaban dan stabilitas."
Presiden Mohamud mengatakan walau Somalia masih membutuhkan lebih banyak dukungan untuk membangun pemerintahan dan mempertahankan perdamaian, negara itu kembali bekerja sama dengan Uni Afrika "bukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai mitra."
Kesepakatan lain untuk mengirim lebih banyak tentara Afrika ke misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo diperkirakan akan ditandatangani di sela-sela KTT Uni Afrika itu, yang berakhir hari Senin.
Dalam upacara pembukaan, Ketua Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma mengatakan harapan bagi masa depan benua itu terletak pada kemampuannya menjaga perdamaian.
"Sekalipun optimistis, kita sadar tantangan besar masih menghadang. Kita tahu perlunya perdamaian dan keamanan. Tanpa perdamaian dan keamanan, tidak ada negara atau wilayah bisa berharap mencapai kemakmuran pesat bagi semua warganya."
KTT itu diadakan sementara tentara Afrika ditempatkan ke Mali untuk mendukung tentara nasional negara itu dalam menghadapi militan terkait al-Qaida yang merebut wilayah di Mali utara setelah terjadi kudeta Maret lalu.
Tentara Burkina Faso, Niger dan Chad sudah berada di sana, karena operasi yang awalnya hanya melibatkan blok ekonomi Afrika Barat (ECOWAS) diperluas mencakup negara-negara Afrika lainnya serta Perancis.
Pasukan itu semula akan terdiri atas sekitar 3.300 tentara, tetapi negara-negara kini menjanjikan hampir 6.000.
Kepala negara dan pemerintah Afrika akan mempertimbangkan usul Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika untuk menyetujui peningkatan jumlah tentara dan bantuan PBB.
Ketua Komisi Uni Afrika yang baru terpilih, Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn, menyatakan dukungan bagi inisiatif Afrika itu. Ia mengatakan, "Kita harus melakukan apa saja yang mungkin untuk membantu memulihkan ketertiban konstitusional di Mali, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah negara itu dan mengatasi krisis kemanusiaan dengan bekerja sama dengan ECOWAS, PBB, dan mitra-mitra internasional lainnya."
Presiden baru Somalia Hassan Sheikh Mohamud berpidato dalam KTT itu sebagai penerima bantuan misi lain militer Uni Afrika (AMISOM) yang ikut mengusir militan al-Shabab keluar dari ibukota Somalia dan kota-kota penting lain. Ia mengatakan,
"Atas nama rakyat Somalia, saya mengucapkan terima-kasih tak terhingga kepada Uni Afrika dan tentara kalian semua atas dukungan dan komitmen serta nyawa yang hilang demi mengembalikan ibu pertiwi kami tercinta ke peradaban dan stabilitas."
Presiden Mohamud mengatakan walau Somalia masih membutuhkan lebih banyak dukungan untuk membangun pemerintahan dan mempertahankan perdamaian, negara itu kembali bekerja sama dengan Uni Afrika "bukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai mitra."
Kesepakatan lain untuk mengirim lebih banyak tentara Afrika ke misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo diperkirakan akan ditandatangani di sela-sela KTT Uni Afrika itu, yang berakhir hari Senin.