Konflik Rampas Hak Pendidikan 30 Juta Anak di Seluruh Dunia

Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg, salah satu ketua kelompok PBB yang mengadvokasi tujuan-tujuan pembangunan baru dunia untuk 2030.

Norwegia akan menjadi tuan rumah pertemuan nasional pada 6-7 Juli mengenai peningkatan pendidikan dan pengurangan ancaman dari kelompok-kelompok seperti Taliban di Pakistan dan Afghanistan, atau Boko Haram di Nigeria.

Konflik-konflik bersenjata membuat sekitar 30 juta anak di seluruh dunia tidak mendapat pendidikan dan pemerintah-pemerintah perlu meningkatkan investasi untuk membuat sekolah-sekolah lebih aman, sebagian dengan penggunaan Internet secara luas.

Pernyataan itu dikemukakan Senin (29/6) oleh Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg, salah satu ketua kelompok PBB yang mengadvokasi tujuan-tujuan pembangunan baru dunia untuk 2030.

Solberg mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pengeluaran pendidikan yang lebih tinggi juga akan bermanfaat bagi kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan kesetaraan perempuan.

“Kita masih kekurangan 58 juta anak-anak,” ujarnya mengenai angka kehadiran sekolah dasar global, yang tidak memenuhi target PBB tahun 2000 mengenai akses penuh untuk anak-anak pada 2015.

“Setengah dari mereka ada di wilayah-wilayah tempat berlangsungnya konflik.”

Kesempatan anak-anak perempuan lebih sedikit lagi dalam meraih pendidikan tersebut.

Norwegia akan menjadi tuan rumah pertemuan nasional pada 6-7 Juli, yang akan dihadiri Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengenai peningkatan pendidikan dan pengurangan ancaman dari kelompok-kelompok seperti Taliban di Pakistan dan Afghanistan, atau Boko Haram di Nigeria.

Tujuan-tujuan pembangunan tersebut akan termasuk mencari jalan untuk memastikan “sekolah-sekolah tidak menjadi target konflik,” ujar Solberg. Dalam beberapa kasus, sekolah-sekolah dan universitas yang mampu secara finansial dapat memperluas penggunaan Internet dan teknologi lain untuk menjamin keselamatan.

Pada saat yang sama “selalu penting untuk tidak terjebak dalam naratif teroris. Jika Anda ingin melawan untuk mendapatkan kehidupan yang normal, Anda juga harus berpartisipasi,” ujarnya.

Desember lalu, militan-militan Taliban membunuh 134 anak-anak di sebuah sekolah di kota Peshawar, Pakistan. Kelompok al-Shabaab yang berafiliasi dengan al-Qaida menewaskan hampir 150 mahasiswa di kota Garissa, Kenya, April lalu.

Dan militan-militan Islamis dari Boko Haram menculik 200 anak perempuan dari sebuah sekolah di kota Chibok, Nigeria, tahun lalu.

Solberg juga mendesak sektor swasta untuk lebih banyak mensponsori pendidikan, dengan melihat model inisiatif kesehatan. Yayasan Bill dan Melinda Gates, misalnya, telah berkomitmen menyumbangkan US$2,5 miliar untuk aliansi global untuk vaksin sejak 1999.

“Model-model kemitraan publik-swasta yang telah ada di sektor kesehatan perlu diadopsi untuk sektor pendidikan,” ujarnya.

Solberg, politisi Konservatif dan perdana menteri perempuan kedua di Norwegia setelah Gro Harlem Brundtland tahun 1980an dan 1990an, mengatakan anak-anak perempuan masih ketinggalan dari anak-anak laki-laki dalam pendidikan di banyak negara, yang menurutnya terutama akibat adanya batasan-batasan budaya.