Kongo Berusaha Tanggulangi Wabah Ebola, Sedikitnya 2 Tewas

Seorang petugas kesehatan berjalan di unit karantina Ebola di Muma, DRC (foto: ilustrasi).

Para pejabat kesehatan Republik Demokratik Kongo, DRC, berusaha secepat-cepatnya menanggulangi wabah Ebola yang diumumkan pekan ini. Sekurang-kurangnya dua orang dikukuhkan telah meninggal dunia karena virus Ebola di sebuah desa terpencil di DRC bagian barat laut, sangat dekat dengan Republik Kongo. Para pakar kesehatan menganjurkan agar orang tidak menjadi panik karena rekam jejak DRC yang sangat baik dalam menanggulangi wabah Ebola beberapa tahun terakhir ini.

Menteri Kesehatan Republik Demokratik Kongo, Dr. Oly Ilunga, secara teratur mengumumkan perkembangan terakhir melalui media sosial, dan melalui Twitter mengatakan hari Kamis, sekitar 24 jam sejak pengumuman pertama mengenai wabah, 12 orang pakar telah mendarat di Mbandaka, kota terdekat dari lokasi wabah.

Sebelumnya pekan ini, ia mengatakan Ebola telah dikukuhkan pada dua dari 17 kematian akibat demam berdarah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir di desa Bikoro.

Organisasi Kesehatan Sedunia, WHO, telah mengucurkan 1 juta dolar dari dana daruratnya untuk menanggapi wabah ini. WHO dan LSM Dokter Tanpa Tapal Batas memimpin upaya tanggapan, dan telah mengirim pakar ke lokasi.

Dokter Tanpa Tapal Batas mengatakan kepada VOA beberapa pakarnya juga berada di Bikoro.

Ini bukan kali pertama Kongo mengalami wabah demam berdarah, yang menyebabkan sakit parah yang sering membawa kematian kalau tidak dirawat. Virus Ebola mendapat sebutan itu dari nama tempat virus itu pertama ditemukan, Sungai Ebola, sebuah anak sungai Sungai Kongo, tahun 1976. Tingkat penyintasan pengidap Ebola adalah 50 persen, menurut juru bicara WHO Tarik Jasarevic.

"Tahun lalu ada wabah Ebola di DRC juga yang ditanggulangi secara relatif cepat, jadi kami berharap kali ini demikian juga halnya. Kami segera mengirim tim ke lokasi dimana virus sudah dikukuhkan tersebar, agar dapat mengidentifikasi siapa-siapa yang mungkin sudah terpapar virus, untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan menghentikan penyebaran virus secepat mungkin,” ungkapnya.

Wabah terakhir ini terjadi di sebuah wilayah dekat pinggir Sungai Kongo. Karena infrastruktur kawasan ini sangat buruk, banyak aliran sungai sangat penting untuk transportasi dan kegiatan perdagangan.

Ebola menewaskan lebih dari 11 ribu orang dalam wabah yang melanda Guinea, Sierra Leone, dan Liberia antara tahun 2014 dan 2016. Sebegitu jauh, tidak ada wabah di Kongo akhir-akhir ini yang terkait dengan wabah besar itu. Jasarevic mengemukakan, warga lokal juga memegang peran penting.

Virus Ebola ditularkan dari hewan ke manusia dan menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh termasuk, tetapi tidak terbatas pada, darah, keringat, ludah, air susu, dan air mata. [ds]