Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menyatakan telah mengirim 12 staf ke sebuah kota perbatasan di Republik Demokratik Kongo untuk membantu menangani pasien Ebola di sana. Wabah, yang merebak setahun silam itu kini telah menewaskan lebih dari 1,800 orang. CDC mengisyaratkan akan mengirim lebih banyak lagi staf jika konflik bersenjata di bagian timur laut negara itu mereda ke tingkat yang lebih aman.
Dua belas staf CDC telah dikirim ke Goma, kota transit penting di dekat perbatasan Kongo dengan Rwanda. Goma telah mengukuhkan pasien Ebola ke-empat.
Organisasi Kesehatan Sedunia menyatakan kehadiran pasien ke-empat Ebola yang telah dikukuhkan di Goma itu merupakan perkembangan yang mengkhawatirkan.
Direktur CDC Dr. Robert R. Redfield Kamis mengatakan di Twitter bahwa konflik bersenjata menghambat upaya-upaya petugas kesehatan untuk menangani wabah, meningkatkan risiko penyebaran penyakit itu.
Henry Walke, direktur kesiapsiagaan CDC, mengatakan, CDC akan menambah staf lagi apabila keamanan di sana cukup membaik. CDC menyatakan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri Amerika untuk menentukan apakah aman untuk mengirim petugas kesehatan Amerika ke luar wilayah Goma.
Pengumuman itu muncul beberapa jam setelah Rwanda sempat menutup perbatasannya dengan Kongo karena khawatir penyakit itu akan menyebar.
Para saksi mata memberitahu VOA bahwa pihak berwenang mencegah banyak orang melalui kota Gisenyi di Rwanda dan Goma selama beberapa jam, setelah virus Ebola dideteksi di Goma. Mereka yang diizinkan melintas adalah warga Kongo di Rwanda yang ingin kembali ke tempat asal mereka.
BACA JUGA: Epidemi Ebola Meluas di KongoKementerian Kesehatan Rwanda membantah perbatasan itu ditutup, dan pada Kamis sore orang-orang mulai melalui kota-kota itu lagi.
Lebih dari 2.600 pasien Ebola dilaporkan di Kongo sejak wabah yang sekarang ini terjadi mulai merebak setahun silam, dengan tingkat kematian hampir 70 persen.
Ini adalah wabah ke-10 virus itu selama empat dekade terakhir di Kongo. Ini juga wabah terbesar ke-dua setelah epidemi tahun 2014 di Afrika Barat yang menewaskan lebih dari 11.300 orang. [uh/lt]