Kongres AS Bahas RUU yang Menarget “Insider Trading” Oleh Anggota

Kubah Capitol AS terlihat di Capitol Hill, Rabu, 12 Juni 2019, di Washington. (Foto: AP/Patrick Semansky)

Upaya untuk melarang anggota Kongres membeli dan menjual saham di perusahaan publik mendapatkan momentum di Washington DC setelah terungkapnya puluhan anggota Kongres yang melanggar persyaratan pengungkapan informasi keuangan mereka, yang seringkali menunjukkan bahwa mereka mendapat keuntungan dari pengetahuan yang diperoleh sebelumnya tentang masalah terkait pandemi virus corona.

Senator dari negara bagian Georgia, John Ossoff, dan senator dari negara bagian Arizona, Mark Kelly – keduanya dari Partai Demokrat – minggu lalu memperkenalkan “Ban Congressional Stock Trading Act” atau “RUU Larangan Perdagangan Saham di Kongres,” sebuah proposal yang akan mengharuskan setiap anggota Kongres dan keluarga dekat mereka untuk memaparkan saham apapun yang mereka miliki pada suatu perwalian publik (blind trust) sehingga anggota Kongres tidak mungkin memperdagangkan saham dengan pengetahuan atau informasi yang mereka dapat dari pekerjaannya di Gedung Capitol.

Proposal Senat itu sebagian besar mencerminkan RUU serupa yang sedang berjalan di DPR lewat proses legislatif selama setahun ini.

RUU yang disponsori oleh anggota DPR dari Partai Demokrat Abigail Spanberger dan anggota DPR dari Partai Republik Chip Roy – dua anggota yang biasanya tidak sepakat dalam isu-isu politik lain.

RUU ini disebut “Transparent Representation Upholding Service and Trust (TRUST) in Congress Act.” Baik anggota DPR dari Demokrat maupun Republik sama-sama setuju tentang perlunya reformasi.

Selain tim bipartisan Spanberger dan Roy di DPR, Senator Republik dari negara bagian Missouri, Josh Hawley, yang dikenal konservatif, memperkenalkan undang-undang yang serupa dengan RUU Ossoff-Kelly.

SEC Selidiki Perdagangan Saham oleh Anggota Senat

Sejak awal pandemi virus corona, muncul laporan berita tentang beberapa anggota Kongres yang membeli atau menjual saham perusahaan-perusahaan publik sebelum informasi – yang mereka ketahui lebih dulu – dirilis pada publik.

Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Senator Richard Burr, anggota faksi Republik dari negara bagian North Carolina, yang menjabat sebagai ketua Komite Intelijen Senat pada awal tahun 2020, tepat ketika perebakan pandemi virus corona mulai jelas.

Burr, yang memiliki akses pada pertemuan atau penjelasan intelijen sensitif, menjual sejumlah saham bernilai ratusan ribu dolar pada pertengahan Februari 2020 sebelum pandemi virus corona menjadi isu serius di Amerika. Burr mengklaim tindakannya berdasarkan informasi yang tersedia untuk umum, tetapi perdagangan saham yang dilakukannya tetap diselidiki oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika SEC, yang berusaha memberantas manipulasi pasar keuangan. Burr mengundurkan diri sebagai ketua Komite Intelijen Senat pada Mei 2020.

Markas besar Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) terlihat di Washington, DC, 28 Januari 2021. (Foto: AFP)

Dept. Kehakiman Tak Lanjutkan Penyelidikan

Burr bukan satu-satunya anggota Kongres yang melakukan perdagangan saham pada awal perebakan COVID-19 yang menarik perhatian masyarakat. Ada pula anggota Senat dari Partai Demokrat di negara bagian California, Dianne Feinstein, dan anggota Senat dari Partai Republik di negara bagian Oklahoma, James Inhofe. Keduanya dikritik karena melakukan perdagangan saham ketika virus corona pertama kali merebak di Amerika. Departemen Kehakiman akhirnya menutup penyelidikan singkat terhadap keduanya dan memilih untuk tidak melakukan tindakan hukum.

Penjualan saham semacam itu oleh anggota-anggota parlemen terkesan berlangsung tepat waktu. Dari pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2020, Dow Jones Industrial Average – yang menjadi indikator utama kinerja pasar Amerika – anjlok sekitar sepertiga. Jutaan kekayaan bersih orang Amerika terkikis habis, meskipun pasar saham akhirnya pulih dan Dow Jones saat ini berada jauh di atas level tertinggi sebelum pandemi

Puluhan anggota Kongres lainnya pada awal tahun ini berada di bawah pengawasan setelah sebuah laporan yang dipublikasikan oleh “Insider” mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, 54 anggota DPR dan Senat gagal memenuhi syarat pelaporan yang ditetapkan dalam UU Stop Trading on Congressional Knowledge (STOCK) yang telah menjadi undang-undang sejak tahun 2012. Laporan ini menyusul pengungkapan serangkaian informasi serupa tentang anggota-anggota Kongres yang memperdagangkan informasi istimewa.

“The Insider” mendapati bahwa anggota Partai Demokrat dan Partai Republik sama-sama telah melanggar hukum – sebagian melakukan pelanggaran lebih besar dibanding yang lain – dengan tidak melaporkan transaksi saham atau melaporkannya jauh lebih lambat dari yang seharusnya.

Dalam sebuah pernyataan pekan ini, Spanberger mengatakan ia telah tergerak untuk bertindak, sebagian karena orang Amerika tampaknya memperlakukan berita tentang adanya anggota Kongres yang mungkin memperkaya diri dengan memperdagangkan informasi non-publik dengan meminta mereka mengundurkan diri, dibanding menunjukkan kemarahan. [em/rs]