Korban Kekurangan Pangan di Korea Terjebak dalam Kebuntuan Perjanjian Nuklir

Para pekerja memperbaiki lokasi yang hancur akibat banjir di Onsong, provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara, 16 September 2016. (AP Photo/Kim Kwang Hyon)

Musim dingin segera tiba di Korea Utara, di mana hampir 600.000 orang membutuhkan bantuan mendesak karena banjir parah baru-baru ini.

Topan yang melanda pada akhir September lalu menggenangi desa-desa di dekat Sungai Tumen, di daerah perbatasan dengan China dan Rusia.

Badan-badan bantuan melaporkan bahwa 138 orang tewas sejauh ini, 400 lainnya belum ditemukan dan 70.000 mengungsi karena salah satu bencana kemanusiaan terburuk yang melanda Korea Utara itu sejak bencana kekeringan pada 1990-an yang menyebabkan penderitaan luas dan kelaparan.

Banjir telah menghancurkan 20.000 rumah serta banyak bangunan sekolah dan rumah sakit, dan menghanyutkan 30.000 hektar tanaman yang mendekati panen.

Paolo Fattori, direktur program organisasi kemanusiaan Save the Children untuk Korea Utara, mengatakan ada kebutuhan bantuan segera untuk menyediakan air bersih dan makanan, dan untuk membangun tempat-tempat penampungan baru bagi para korban banjir dalam beberapa minggu ke depan sebelum suhu udara di wilayah itu turun di bawah nol.

Dana Anak-anak PBB (UNICEF), bekerja sama dengan lembaga bantuan lainnya, meminta $28,2 juta untuk bantuan segera dan bantuan jangka panjang untuk membangun kembali rumah, sekolah dan rumah sakit yang hancur, dan untuk memperbaiki sistem pasokan air dan sanitasi yang rusak.

Kini dana bantuan bencana Korea Utara hanya memiliki sekitar $6,5 juta, atau hanya 25 persen dari yang diperlukan, menurut organisasi kemanusiaan itu. [lt]