Jumlah korban yang tewas dalam bom mobil dengan kekuatan besar dekat Baghdad terus bertambah Sabtu, dengan sebanyak 130 orang tewas dalam serangan yang diklaim oleh kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS).
Pihak berwenang menyebut serangan ini, yang juga melukai 170 lainnya, pemboman terburuk yang menargetkan warga sipil Irak dalam satu dekade terakhir.
Gedung Putih, dalam pernyataannya Sabtu, mengecam serangan di provinsi Diyala ini, mengatakan serangan itu "dengan sengaja dan dengan kejam menargetkan warga sipil Irak yang sedang merayakan hari raya Idul Fitri."
Pemboman Jumat malam di sebuah pasar di kota Khan Beni Saad yang berpenduduk mayoritas Syiah, menurut Gedung Putih, adalah salah satu lagi contoh kekejaman yang terus dilancarkan kelompok teroris ISIS terhadap warga Irak.
Juru bicara parlemen Irak, Salim al-Jabouri, mengatakan serangan itu bernada sektarian, dan menambahkan bahwa pemerintah berupa untuk mencegah teror oleh ISIS merusak kestabilan keamanan di provinsi Diyala.
Pasukan keamanan dikerahkan penuh ke provinsi Diyala Sabtu, dengan mendirikan puluhan pos keamanan dan berbagai protokal keamanan baru.
Ledakan Jumat tersebut meratakan sejumlah gedung, menimbun banyak korban. Setelah pemboman, jalanan terlihat penuh dengan puing-puing dan anggota tubuh manusia. Para petugas masih berusahan menemukan korban yang terkubur reruntuhan hingga Sabtu larut malam.
Misi PBB di Irak mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan serangan sebagai "kebrutalan mengerikan yang berada di luar batas-batas perilaku yang beradab."
ISIS menggembar-gemborkan di internet hari Sabtu bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk membunuh warga Syiah. Kelompok ini mengklaim di Twiter bahwa pelaku pemboman membawa tiga ton peledak dalam kendaraannya.
Pemerintah provinsi Diyala menyatakan tiga hari berkabung dan membatalkan berbagai acara perayaan Idul Fitri sebagai reaksi terhadap pemboman.
Khan Bani Saad terletak 20 kilometer sebelah timur Baghdad.
ISIS menyerbu sejumlah daerah di Diyala tahun lalu. Pasukan kemanan Irak dan tentara Kurdi telah mengambil alih kembali daerah-daerah tersebut, namun pertikaian antara pihak militan dan pasukan keamanan terus berkecamuk.