China menaikkan jumlah korban tewas akibat meletusnya kekerasan terburuk di wilayah Xinjiang, China barat hari Rabu (26/6) menjadi 35 orang.
China telah menaikkan jumlah korban tewas akibat meletusnya kekerasan terburuk di wilayah Xinjiang, China barat dalam bertahun-tahun, dengan mengatakan insiden hari Rabu menewaskan 35 orang, akibat dari apa yang disebutnya serangan “teroris.”
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Kamis, kantor berita resmi Xinhua mengatakan sekelompok perusuh tak dikenal melakukan serangan fajar di kota Lukgun, distrik Shanshan. Dikatakan para perusuh menyerang kantor polisi, gedung pemerintah daerah dan sebuah lokasi konstruksi, menewaskan 24 orang termasuk dua polisi.
Xinhua mengatakan polisi menembak mati 11 perusuh. Dikatakan pihak berwenang memulihkan ketertiban di kota itu.
Kantor berita pemerintah mengatakan korban tewas termasuk 16 warga Uighur, anggota kelompok etnis asli Xinjiang yang sebagian besar Muslim.
Warga kota memberitahu kantor-kantor berita Barat bahwa pemerintah memperketat keamanan setelah insiden tersebut. Insiden itu adalah yang paling mematikan di Xinjiang sejak 2009, ketika warga Uighur dan warga Han yang mayoritas terlibat dalam kerusuhan etnis yang menewaskan sekitar 200 orang di ibukota Urumqi. Kekerasan sporadis terus berlanjut sejak itu.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Kamis, kantor berita resmi Xinhua mengatakan sekelompok perusuh tak dikenal melakukan serangan fajar di kota Lukgun, distrik Shanshan. Dikatakan para perusuh menyerang kantor polisi, gedung pemerintah daerah dan sebuah lokasi konstruksi, menewaskan 24 orang termasuk dua polisi.
Xinhua mengatakan polisi menembak mati 11 perusuh. Dikatakan pihak berwenang memulihkan ketertiban di kota itu.
Kantor berita pemerintah mengatakan korban tewas termasuk 16 warga Uighur, anggota kelompok etnis asli Xinjiang yang sebagian besar Muslim.
Warga kota memberitahu kantor-kantor berita Barat bahwa pemerintah memperketat keamanan setelah insiden tersebut. Insiden itu adalah yang paling mematikan di Xinjiang sejak 2009, ketika warga Uighur dan warga Han yang mayoritas terlibat dalam kerusuhan etnis yang menewaskan sekitar 200 orang di ibukota Urumqi. Kekerasan sporadis terus berlanjut sejak itu.