Korea Selatan, Jepang Capai Persetujuan Pertukaran Intelijen

Seorang demonstran bentrok dengan polisi dalam aksi unjuk rasa menentang perjanjian pertukaran informasi intgelijen (GSOMIA) antara Korea Selatan dan Jepang di sepan kantor Menteri Pertahanan Korea Selatan di Seoul, 23 November 2016 (AP Photo/Ahn Young-joon).

Persetujuan tersebut memungkinkan Korea Selatan dan Jepang saling bertukar informasi secara langsung, tidak lagi melalui Amerika Serikat berdasarkan persetujuan yang ditandatangani tahun 2014.

Jepang dan Korea Selatan menandatangani persetujuan hari Rabu untuk berbagi informasi intelijen mengenai kegiatan militer Korea Utara, termasuk program nuklirnya.

Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan persetujuan itu akan membantu “mengekang” kegiatan nuklir dan misil Korea Utara.

“Karena kita sekarang dapat memanfaatkan kemampuan intelijens Jepang untuk menghadapi dengan kuat peningkatan ancaman nuklir dan misil Korea Utara, ini akan memperkuat kepentingan keamanan kita,” kata kementerian itu dalam pernyataan.

Persetujuan tersebut memungkinkan Korea Selatan dan Jepang tukar-menukar informasi secara langsung, tidak lagi melalui Amerika Serikat berdasarkan persetujuan yang ditandatangani tahun 2014.

Persetujuan baru itu memicu penolakan dari para aktivis dan partai-partai politik di Korea Selatan, termasuk orang-orang yang menuntut peletakan jabatan Presiden Park Geun-hye.

China, sekutu utama Korea Utara, juga menentang persetujuan itu, dengan mengatakan itu akan mendatangkan unsur yang tidak aman dan tidak stabil ke kawasan tersebut.

“Negara-negara yang berkepentingan telah memelihara sikap Perang Dingin dan meningkatkan kerjasama intelijen militer, yang akan meningkatkan tentangan dan konfrontasi menyangkut semenanjung Korea,” kata juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang. [gp]