Korea Utara Sukses Luncurkan Roket

Gambar satelit sebuah fasilitas di Korea Utara yang diyakini merupakan tempat pengujian mesin roket dalam program misil. (Foto: Dok)

Di tengah kritik dan ancaman sanksi, Korea Utara menyatakan telah berhasil meluncurkan roket yang membawa satelit.
Kantor berita resmi Korea Utara KCNA menyatakan negara tersebut telah berhasil meluncurkan roket yang membawa satelit pada Rabu pagi (12/12) waktu setempat dan meletakkannya di orbit seperti yang direncanakan.

KCNA mengatakan roket tersebut diluncurkan dari situs peluncuran satelit di pantai barat. Berita peluncuran ini dikukuhkan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

Korea Utara meluncurkan roket tersebut, yang merupakan roket jarak jauh kedua pada 2012, berdekatan dengan peringatan kematian satu tahun mantan pemimpin Kim Jong-il dan akan diselenggarakannya pemilihan umum di Korea Selatan dan Jepang.

Pemerintahan di Pyongyang mengatakan Korea Utara pantas meluncurkan satelit ke luar angkasa, namun para kritik mengatakan pembuatan roket tersebut bertujuan mengembangkan teknologi yang dibutuhkan untuk membuat kepala nuklir untuk misil jarak jauh.

Korea Utara dilarang melakukan uji misil dan yang terkait dengan nuklir di bawah sanksi PBB yang diberlakukan setelah uji nuklir 2006 dan 2009.

Peluncuran terbaru ini dilakukan setelah upaya yang gagal pada April kurang dari dua menit setelah diluncurkan.

Jepang dan Korea Selatan memerintahkan pasukan bersenjatanya waspada sebelum peluncuran tersebut. Roket ini dijadwalkan melewati semenanjung Korea dan Tiongkok, dengan fase kedua melewati Filipina sebelum satelit diluncurkan ke orbit.

Sebagian besar analis politik yakin peluncuran tersebut dirancang untuk mendukung mandat pemimpin baru Kim Jong-un, seiring upayanya memperkuat kekuasaan di negara berpenduduk 22 juta orang itu.

Seorang pejabat pemerintah di Seoul baru-baru ini menyatakan bahwa transisi kekuasaan kepada Kim Jong-un tidak terlihat mulus seperti yang diantisipasi dan ada tanda-tanda bahwa rejim tersebut khawatir dengan kemungkinan pemberontakan.

Kim merupakan generasi ketiga keluarganya yang memerintah Korea Utara, dengan pendapatan nasional seperempatpuluh dari Korea Selatan yang makmur.

Renncana peluncuran roket mendapatkan kritikan dari Korea Selatan, Rusia, Jepang dan Amerika Serikat, serta NATO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sekutu diplomatik besar satu-satunya, Tiongkok, telah memperlihatkan “keprihatinan yang mendalam” akan peluncuran tersebut, namun sepertinya tidak akan mendukung sanksi lebih jauh untuk Korea Utara. (Reuters)