Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak Jepang untuk meminta maaf secara sungguh-sungguh terhadap perempuan-perempuan yang dipaksa menjadi budak seks oleh pasukan kolonial Jepang.
Presiden Moon mengatakan kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers yang ditayangkan televisi, Rabu (10/1), kesepakatan yang dicapai tahun 2015 menyangkut para perempuan penghibur itu tidak memperhitungkan perasaaan dan pendapat para korban.
Kesepakatan itu, yang dulu disetujui presiden konservatif Park Geun-hye, meminta Tokyo membayar 8 juta dolar untuk mendanai sebuah prakarsa yang membantu para korban, selain permintaan maaf dari PM Shinzo Abe atas tindakan pasukannya selama pemerintahan brutal Jepang di Semenanjung Korea antara 1910 dan 1945.
Moon mengatakan, ia berpihak pada kesimpulan yang dicapai pekan lalu oleh sebuah sebuah satuan tugas yang dibentuk untuk mengkaji kesepakatan itu. Presiden itu mengatakan, masalah iti tidak hanya bisa diselesaikan dengan cara ganti rugi. Tokyo harus menerima kenyataan bahwa pasukannya bersalah dan bekerjasama dengan masyarakat internasional untuk memastikan peristiwa itu tidak akan terjadi lagi. [ab]
Meskipun presiden menentang kesepakatan final itu, Menlu Korea Selatan Kang Kyung-wha, Selasa, mengatakan, Seoul tidak akan merundingkan kesepakatan itu. Ia mengatakan, kesepakatan itu tidakbisa dilangar karena merupakan perjanjian resmi antara Tokyo dan pemerintah Kora Selatan sebelumnya. Kang bahkan mengatakan, pemerintah Korea Selatan akan mendanai sendiri prakarsa batuan korban, dan mengganti uang yang dibayar Jepang. [ab/uh]