Kementerian Perindustrian Korea Selatan mengatakan, Rabu (5/6), hampir 50 kesepakatan dan perjanjian ditandatangani dalam pertemuan puncak pertama antara Korea Selatan dan para pemimpin dari 48 negara Afrika untuk bekerja sama dalam berbagai bidang seperti pertambangan, energi dan manufaktur.
Ke-47 perjanjian dengan 23 negara Afrika itu dibuat pada pertemuan puncak tersebut ketika perekonomian terbesar keempat di Asia itu berupaya memanfaatkan mineral dan pasar ekspor yang luas di Afrika.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa peran Afrika mendapat perhatian yang signifikan ketika terjadi ketidakpastian dalam rantai pasokan global meningkat karena risiko geopolitik belakangan ini.
"Saya berharap kerja sama sumber daya yang saling menguntungkan ini akan diperluas dengan membangun kemitraan dengan negara-negara utama Afrika untuk mineral penting, dan melalui Kemitraan Keamanan Mineral yang merupakan grup konsultatif negara-negara yang memiliki nilai-nilai yang sama,” kata Presiden Yoon dalam pertemuan bisnis yang diikuti sekitar 200 tokoh politik dan industri dari berbagai negara Afrika dan Korea Selatan, pada Rabu (5/6).
BACA JUGA: Korea Selatan, Rusia Gencarkan Investasi dan Kerja Sama dengan AfrikaYoon mengatakan terlepas dari potensinya yang sangat besar, Afrika hanya menyumbang 1-2 persen perdagangan dan investasi Korea Selatan.
Yoon berjanji pada Selasa (4/6) bahwa Korea Selatan akan meningkatkan bantuan pembangunannya untuk Afrika menjadi $10 miliar selama enam tahun mendatang. Dia juga mengatakan akan menawarkan $14 miliar pembiayaan ekspor untuk mendorong perdagangan dan investasi bagi perusahaan-perusahaan Korea Selatan di Afrika.
Menurut pernyataan dari Kementerian Perindustrian Korea Selatan, perusahaan konglomerat Hyosung Corp. menandatangani kontrak untuk memasok trafo listrik ke Mozambik senilai $30 juta.
Kementerian Perindustrian juga menandatangani sejumlah perjanjian untuk bekerja sama dalam bidang mineral penting dengan Madagaskar dan Tanzania guna mengamankan pasokan bagi berbagai industri seperti baterai, lanjut kementerian itu. [uh/ab]