Korsel Upayakan Solusi Bagi Korban Perbudakan Seksual Jepang

Sebuah patung yang mewakili budak seks terlihat di dekat Kedutaan Besar Jepang di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 28 Desember 2017. (Foto: AP/Lee Jin-man)

Pemerintah Korea Selatan menyatakan akan terus mengupayakan solusi yang “realistis” dan “dapat dipraktikkan” bagi korban perbudakan seksual militer Jepang semasa perang.

Presiden Moon Jae-in Jumat melansir pesan video bagi hari peringatan untuk “perempuan penghibur”.

"Prinsip paling penting dalam menyelesaikan masalah ini adalah berfokus pada para korban, kata Moon. Ia menambahkan, sebelum para korban memberi tahu pemerintah bahwa mereka baik-baik saja, pemerintah akan mencari solusi yang dapat mereka terima. Pemerintah akan melakukan investigasi, riset dan pendidikan untuk meluruskan sejarah agar semakin banyak pelajar dan warga yang ikut merasakan kepedihan para korban dan menunjukkan solidaritas dengan para korban," lanjut Moon.

Korea Selatan menetapkan 14 Agustus sebagai hari peringatan resmi negara itu bagi para korban perbudakan seksual pada Desember 2017 dan mengadakan peringatan secara nasional untuk pertama kalinya pada tahun 2018.

Pada 14 Agustus 1991, Kim Hak-Soon berbicara untuk pertama kalinya dalam sebuah konferensi pers mengenai pengalamannya sebagai budak seksual bagi militer Jepang semasa Perang Dunia II.

Kesaksian perempuan Korea Selatan itu mendorong para penyintas perbudakan seksual lainnya di Asia untuk menyampaikan pengalaman mereka sebagai korban perbudakan serupa. [uh/ab]