Korea Utara pada Jumat (17/2) memperingatkan akan memberikan tanggapan yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Amerika Serikat dan Korea Selatan melanjutkan rencana latihan militer bersama, yang ditingkatkan sebagai tanggapan atas uji coba senjata Korea Utara.
Dalam komentar yang diterbitkan oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) yang dikelola pemerintah, Kementerian Luar Negeri Korea Utara memperkirakan Semenanjung Korea “akan kembali terjerumus ke dalam pusaran ketegangan yang meningkat” jika latihan AS-Korea Selatan dilanjutkan.
“Jika AS dan Korea Selatan melaksanakan rencana yang sudah diumumkan untuk latihan militer … mereka akan menghadapi perlawanan yang gigih dan kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pernyataan itu.
Sebelumnya militer Korea Selatan mengumumkan akan mengadakan latihan “di atas meja” di Pentagon pada hari Rabu yang akan mensimulasikan serangan nuklir Korea Utara.
Latihan berbasis diskusi itu akan diikuti dengan kunjungan ke pangkalan Angkatan Laut AS di negara bagian Georgia yang menampung kapal selam nuklir utama AS, tambah kementerian pertahanan Seoul.
Latihan itu dimaksudkan untuk memberi para pejabat Korea Selatan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang akan dilakukan AS sebagai sekutu jika terjadi serangan nuklir Korea Utara.
Para pejabat Korea Selatan, termasuk Presiden Yoon Suk Yeol, telah menyatakan keraguan tentang efektivitas komitmen pertahanan AS terhadap Korea Selatan.
BACA JUGA: AS, Korsel Tingkatkan Latihan Tanggapi Ancaman KorutDalam upaya meyakinkan Korea Selatan, Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin bulan lalu berjanji untuk meningkatkan kehadiran kekuatan militer – termasuk pengerahan “aset strategis” AS, yang mencakup pesawat pengebom jarak jauh, pesawat berkemampuan nuklir, dan kelompok serang kapal induk.
Korea Utara juga diyakini sedang mempersiapkan lebih banyak provokasi besar, termasuk uji coba nuklir lainnya dan peluncuran satelit militer.
Pada parade militer pekan lalu, Korea Utara memamerkan lebih banyak rudal balistik antarbenua daripada sebelumnya. Parade tersebut juga memberikan lebih banyak isyarat bahwa Pyongyang sedang mengerjakan ICBM berbahan bakar padat, yang dapat diluncurkan jauh lebih cepat daripada versi berbahan bakar cair yang saat ini dimilikinya.
Serangkaian resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Korea Utara untuk melakukan aktivitas rudal balistik.
Amerika Serikat telah berusaha membuat Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi tambahan menyusul uji coba ICBM yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini. Namun, China dan Rusia – pendukung internasional terbesar Korea Utara, yang keduanya memiliki hak veto di badan PBB – telah mencegah upaya tersebut.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan pada Jumat, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh Washington mencoba menggunakan Dewan Keamanan sebagai “alat untuk tekanan sepihak AS” terhadap Korea Utara, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK). [lt/ab]