Langkah Korea Utara Dinilai Berlebihan Tanggapi Ancaman Ebola

  • Brian Padden

Warga mengikuti Lomba Marathon Pyongyang bulan April tahun lalu (foto: dok). Tahun ini, warga asing dilarang mengikuti lomba marathon karena kekhawatiran wabah ebola.

Untuk mencegah penyebaran wabah ebola, pemerintah Korea Utara telah melarang warga asing ikut dalam lomba marathon tahunan bulan April mendatang di ibukota Pyongyang.

Keputusan Korea Utara untuk melarang warga asing ikut dalam lomba marathon Pyongyang mendatang, merupakan contoh terbaru mengenai betapa negara itu menanggapi secara berlebihan ancaman Ebola, sehingga merugikan wisata dan kepentingan-kepentingan bisnis lain.​

Meskipun tidak ada kasus Ebola yang dilaporkan di Asia, Korea Utara menutup perbatasannya bagi wisatawan asing Oktober lalu, untuk mencegah penyebaran penyakit itu. Larangan itu juga memberlakukan karantina 21 hari bagi pekerja bantuan dan diplomat asing yang memasuki negara itu.

Agen-agen perjalanan kini mengatakan, bahwa pihak berwenang melarang warga asing mengikuti acara maraton Pyongyang, salah satu dari acara yang paling populer bagi wisatawan. Tahun lalu adalah tahun pertama Korea Utara memperbolehkan pelari asing mengikuti lomba itu.

Tetapi, tidak hanya industri wisata yang kena imbasnya. Andray Abrahamian, Direktur Choson Exchange, sebuah organisasi yang menyediakan pelatihan kewiraswastaan dan ekonomi bagi Korea Utara, mengalami kerugian ribuan dolar dalam bentuk hibah dan kontrak karena larangan-larangan perjalanan itu.

“Mereka mengatakan kepada kami, jika Anda tidak bisa menjamin program ini akan selesai selambat-lambatnya akhir Maret, kami harus menggunakannya di tempat lain. Sayangnya kami belum dapat memberikan jaminan itu, jadi kami kehilangan sebagian dana,” keluh Abrahamian.

Abrahamian mengatakan, di bawah Kim Jong Un, pemerintah telah mendorong bisnis dan investasi baru, meskipun ada pengawasan ketat, terbatasnya akses internet dan Telkom lain. Tetapi, larangan bepergian baru ini membuat upaya-upaya itu mengalami kemunduran.

Ini bukanlah yang pertama kali Korea Utara memperketat perbatasannya untuk menghindari wabah penyakit. Korea Utara menutup perbatasannya selama terjadi wabah SARS pada tahun 2003, tetapi penyakit itu memang merebak di Asia, terutama di sebelah Tiongkok.

Direktur World Institute for North Korea Studies Lembaga Dunia bagi Kajian mengenai Korea Utara) Ahn Chan-il, yang juga seorang pembelot Korea Utara mengatakan, tindakan Korea Utara kali ini merupakan bagian dari reaksi berlebihan pada resiko kesehatan yang nyata. .

Ahn mengatakan, para pejabat Korea Utara khawatir, negaranya tidak memiliki resistensi dan langkah-langkah untuk mengendalikan Ebola, kalau penyakit itu menjangkiti negaranya.

Tetapi is menganggap, rejim otoriter itu juga membesar-besarkan ancaman Ebola threat untuk keuntungan politik.

Ia menambahkan bahwa Korea Utara memperingatkan tentang penularan penyakit Ebola yang menyeramkan, dan memanfaatkan penyakit itu untuk menciptakan suasana yang seolah-olah perlu distabilkan oleh rejim Kim Jong Un. Media Korea Utara pernah mengemukakan bahwa Ebola diciptakan oleh militer Amerika sebagai senjata biologi.