Korea Utara meluncurkan sebuah rudal balistik, Rabu (4/5), lapor Jepang dan Korea Selatan. Ini merupakan yang terbaru dari serangkaian uji coba yang telah membuat berang negara-negara tetangga Korea Utara dan memicu kecaman keras dari AS.
Militer Korea Selatan menyatakan Korea Utara menembakkan rudal balistik dari daerah Sunan di dekat Pyongyang. Ini adalah lokasi bandara internasional utama Korea Utara, di mana beberapa peluncuran belakangan ini dilakukan.
Rudal ini terbang sejauh sekitar 470 kilometer, mencapai ketinggian maksimum sekitar 780 kilometer, menurut pernyataan dari Gabungan Kepala Staf Korea Selatan. Jepang memberikan data yang sama.
Angka-angka itu menunjukkan bahwa ini bukanlah peluncuran jarak jauh. Tidak ada rincian lebih lanjut yang tersedia. Korea Utara biasanya tidak mengumumkan peluncurannya sebelum media pemerintah memberitakan keesokan harinya.
Tes tersebut berlangsung beberapa hari sebelum presiden baru Korea Selatan mulai menjabat. Yoon Suk-yeol, mantan jaksa agung berhaluan konservatif, telah bertekad akan mengambil pendekatan lebih keras terhadap Pyongyang.
Dalam pernyataannya, militer Korea Selatan menyebut peluncuran itu sebagai “ancaman serius terhadap perdamaian dan stabilitas komunitas internasional, serta Semenanjung Korea.”
BACA JUGA: Korut Katakan Kim Jong Un Memandu Uji Coba ICBM ‘Monster’ BaruPM Jepang Fumio Kishida mengatakan peluncuran itu “sama sekali tidak dapat dimaafkan,” menurut kantor berita Jepang Kyodo.
Korea Utara telah meningkatkan uji coba rudalnya tahun ini, membuat kemajuan signifikan dalam daftar pembuatan senjata yang disampaikan pemimpin Kim Jong Un pada tahun 2021.
Pada Maret lalu, Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua yang pertama sejak 2017. Korea Utara telah memperingatkan bahwa dalam waktu dekat negara itu dapat meluncurkan satelit ke antariksa. Para pejabat Korea Selatan dan AS memperingatkan Korea Utara akan segera melakukan uji coba nuklir ketujuh.
Meskipun AS dan sekutu-sekutunya telah mengecam uji coba itu, China dan Rusia – dua pendukung terbesar Korea Utara – lebih banyak mengabaikannya. China dan Rusia malah menekan AS agar berbuat lebih banyak untuk memulai kembali pembicaraan nuklir yang belum diselenggarakan sejak 2019.
AS telah berulang kali menyatakan bersedia memasuki kembali perundingan tanpa prasyarat, tetapi Korea Utara telah menolak atau mengabaikannya.
Korea Utara malah meningkatkan ancamannya. Pekan lalu, Kim mengatakan Korea Utara harus membangun “kekuatan militer yang sangat besar yang tidak dapat diprovokasi oleh kekuatan lainnya di dunia.” Ia juga memperingatkan bahwa ia dapat menggunakan senjata nuklir sebagai tindakan pencegahan untuk menghadapi kekuatan musuh, jika perlu. [uh/ab]