Sejumlah pakar mengatakan rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara, pada Kamis (24/3), melibatkan uji terbang menyeluruh rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mungkin membawa beberapa hulu ledak nuklir dan mampu menarget lokasi manapun di Amerika Serikat.
Direktur Proyek Nonproliferasi Asia Timur di Institut Kajian Internasional Middlebury di Monterey, California, Jeffrey Lewis, mengatakan Korea Utara sedang mencoba menunjukkan bahwa ia memiliki “kemampuan untuk menempatkan beberapa hulu ledak nuklir [dan menghantam] target di mana saja di Amerika.”
Korea Utara Jumat mengumumkan melalui kantor berita resminya, KCNA, pada Jumat (25/3) bahwa pemimpinnya Kim Jong Un telah memerintahkan peluncuran ICBM Hwasong-17 yang menempuh 1.090 km dan mencapai ketinggian 6.248 km, demikian seperti dilansir oleh Kantor Berita Yonhap di Korea Selatan.
Peluncuran itu adalah uji coba ke-11 rudal yang dilakukan oleh Pyongyang pada tahun ini, termasuk uji coba yang gagal pada 16 Maret lalu. Uji coba pada Kamis (24/3) secara resmi mengakhiri moratorium yang diadopsi Pyongyang pada 2018 untuk uji coba rudal balistik jarak jauh.
Lewis mengatakan jika betul ICBM yang dites Korea Utara adalah Hwasong-17, itu berpotensi membawa banyak hulu ledak nuklir.
Di sela-sela pertemuan G-7 yang membahas krisis Ukraina di Brussels, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Kamis (24/3), bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan membahas uji ICBM Korea Utara.
Keduanya sepakat terus bekerja sama untuk meminta pertanggungjawaban Korea Utara. Pemerintahan Biden telah mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama trilateral bersama Tokyo dan Seoul dalam mengatasi Pyongyang.
Melalui pernyataan yang dirilis pada Kamis (23/3), sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, “Amerika akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keamanan tanah air Amerika dan sekutu Republik Korea serta Jepang.”
VOA telah menghubungi misi Korea Utara di PBB tetapi tidak mendapat jawaban. [ka/rs]