Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak jauh ke laut lepas pantai barat Jepang, Sabtu (18/2), setelah Pyongyang memberikan peringatan terkait rencana latihan militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
Pihak berwenang Jepang mengatakan rudal itu jatuh di perairan di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang lebih dari satu jam setelah diluncurkan, menunjukkan senjata itu adalah salah satu rudal terbesar milik Korea Utara. Namun, Tokyo mengatakan tidak ada laporan kerusakan kapal atau pesawat terbang.
Korea Utara menembakkan rudal pertamanya pada 1 Januari. Penembakan rudal hari ini terjadi setelah Pyongyang, Jumat (17/2) mengancam akan memberikan respons yang "keras dan gigih" ketika Seoul dan Washington bersiap untuk melakukan latihan militer tahunan sebagai bagian dari upaya untuk menangkis ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang meningkat.
Korea Utara yang bersenjata nuklir menembakkan rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang di wilayah AS mana pun. Negara tersebut juga tetap melanjutkan persiapan untuk uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
BACA JUGA: Korut Ancam akan Tanggapi Latihan AS-Korsel dengan Tanggapan yang ‘Belum Pernah Terjadi Sebelumnya’
Rudal jarak jauh diluncurkan dari daerah Sunan dekat Pyongyang pada Sabtu (18/2), kata militer Korea Selatan. Sunan adalah situs Bandara Internasional Pyongyang, tempat Korea Utara melakukan sebagian besar tes ICBM baru-baru ini.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan Jepang mengutuk keras peluncuran tersebut dan mengajukan protes keras. Ia menyebut hal tersebut sebagai ancaman bagi komunitas internasional.
Program rudal balistik dan senjata nuklir Korea Utara dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, tetapi Pyongyang mengatakan pengembangan senjatanya diperlukan untuk melawan "kebijakan permusuhan" oleh Washington dan sekutunya.
BACA JUGA: Kim Jong Un Puji Militer Korut sebagai ‘yang Terkuat di Dunia’
Pyongyang mungkin telah membentuk unit militer yang bertugas mengoperasikan ICBM baru, sejalan dengan restrukturisasi militernya baru-baru ini, menurut rekaman video media pemerintah dari parade 9 Februari.
Parade itu menampilkan lebih banyak ICBM daripada sebelumnya, termasuk kemungkinan senjata berbahan bakar padat baru, yang dapat membantu Korut mengerahkan misilnya lebih cepat jika terjadi perang.
“Penembakan rudal Korea Utara sering kali merupakan uji teknologi yang sedang dikembangkan, dan akan menjadi penting jika Pyongyang mengklaim kemajuan dengan rudal berbahan bakar padat jarak jauh,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Universitas Ewha di Seoul. [ah/es]