Jet-jet tempur terdengar meraung dari USS Nimitz saat kapal induk bertenaga nuklir AS itu dan kelompok tempurnya memulai latihan dengan kapal-kapal perang Korea Selatan pada Senin (27/3), beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek sebagai protes terhadap latihan AS-Korea Selatan yang diperluas itu.
Uji coba rudal ketujuh bulan ini tersebut menegaskan ketegangan yang meningkat di wilayah itu.
Peluncuran dua rudal itu kemungkin telah diatur waktunya untuk menanggapi kedatangan USS Nimitz dan kelompok serangnya, termasuk sebuah kapal berpeluru kendali dan dua kapal perusak, yang sebelumnya terlibat dalam latihan pertahanan udara dan latihan lainnya dengan kapal-kapal perang Korea Selatan di perairan dekat pulau Jeju.
Jang Do Young, juru bicara Angkatan Laut Korea Selatan, mengatakan latihan itu ditujukan untuk mempertajam kemampuan operasional bersama dan menunjukkan komitmen AS untuk mempertahankan sekutunya dengan berbagai pilihan, termasuk nuklir, dalam menghadapi “ancaman nuklir dan rudal yang meningkat dari Korea Utara.”
Kelompok penyerang Nimitz diperkirakan akan tiba di pelabuhan utama Korea Selatan di Busan pada hari Selasa.
“Amerika Serikat memiliki aset-aset strategis yang siap digunakan setiap hari,” kata Laksamana Muda Christopher Sweeney, komandan Kelompok Tempur Kapal Induk 11. “Kami dapat terus mengerahkan aset-aset itu dan kami akan melakukannya.”
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, dua rudal Korea Utara ditembakkan dari daerah pedalaman barat di selatan ibu kota Korea Utara, Pyongyang, sekitar pukul 07.47 hingga 08.00 dan menempuh jarak sekitar 370 kilometer sebelum mendarat di laut. Militer Jepang mengatakan rudal yang mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang itu terbang di lintasan yang tidak teratur dan mencapai ketinggian maksimum 50 kilometer.
Jepang sebelumnya telah menggunakan bahasa yang sama untuk menggambarkan rudal berbahan bakar padat Korea Utara yang tampaknya meniru sistem balistik seluler Iskander Rusia, yang dirancang untuk dapat bermanuver dalam penerbangan berketinggian rendah untuk menghindari pertahanan rudal Korea Selatan dengan lebih baik. Korea Utara juga memiliki sistem rudal jarak pendek lain dengan karakteristik serupa yang menyerupai Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat MGM-140 AS.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan Korea Utara dapat meningkatkan aktivitas pengujiannya lebih lanjut dengan lebih banyak peluncuran rudal atau bahkan melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak September 2017.
Militer Korea Selatan dan Jepang mengecam peluncuran terbaru itu sebagai provokasi serius yang mengancam perdamaian regional dan mengatakan mereka bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk menganalisis rudal-rudal itu lebih lanjut.
Komando Indo Pasifik AS mengatakan peluncuran tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya, tetapi menegaskan adanya “dampak serius” dari program senjata nuklir dan rudal ilegal Korea Utara. [ab/uh]