Kota Gadani di Pakistan, Tempat Penghancuran Kapal Terbesar di Dunia

Tempat penghancuran kapal terbesar di kota Gadani, Pakistan.

Kota pesisir Gadani di pinggiran Karachi, Pakistan, adalah salah satu tempat penghancuran kapal terbesar di dunia, dan bengkel itu sangat berbahaya bagi pekerjanya. Pada November 2016, lebih dari 24 pekerja tewas ketika sebuah kapal tanker minyak yang sudah afkir terbakar.

Koresponden VOA Bezhan Hamdard menyorot tantangan yang dihadapi para pekerja setiap hari di Gadani.

Kapal-kapal yang sudah tidak dapat beroperasi biasanya dibawa ke galangan kapal di pesisir, seperti yang ada di Gadani, di mana lebih dari seratus kapal dibongkar dan dipotong setiap tahun untuk dijadikan suku cadang dan bahan mentah.

“Alasan mengapa hanya empat tempat di dunia yang dapat digunakan untuk membongkar kapal adalah karena tidak semua pantai memiliki perairan yang cukup dalam. Perairan Gadani memenuhi persyaratan untuk pembongkaran kapal,” ujar Gillani, pemilik fasilitas itu.

Kota pesisir Gadani memiliki perairan yang cukup dalam yang cocok bagi tempat penghancuran kapal-kapal besar (foto: ilustrasi).

Dibutuhkan waktu 30 hingga 40 hari untuk membongkar sebuah kapal. Selain jam kerja yang panjang, pekerjaan itu bisa berbahaya. Pekerja dalamindustri miliaran dolar tersebut sering menjadi korban kecelakaan karena peralatan atau pelatihan yang tidak memadai.

“Seluruh pekerjaan melibatkan struktur logam. Ledakan dapat terjadi. Saya yakin kalian sudah mendengar dan melihatnya dalam berita. Dua atau tiga orang meninggal di sini setiap bulan,” ujar seorang pekerja.

Kecelakaan besar di sana pada November 2016, menewaskan 26 pekerja dan melukai 60 lainnya. Sejak itu, para pekerja mengatakan tidak ada yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi kerja.

“Para pemilik yang kaya di sini telah membuat pekerjaan lebih berbahaya karena tidak ada tindakan pengamanan. Namun, kami tidak punya pilihan lain kecuali terus bekerja di sini karena kami harus mencari nafkah. Kami miskin. Jika kami menolak bekerja dalam kondisi ini, mereka akan memecat kami,” kata pekerja lainnya.

Pemilik galangan kapal bersikeras bahwa standar keselamatan dipantau dan semua pekerja dilatih dengan benar. Dia menambahkan bahwa baik pemerintah maupun pemilik bisnis harus bertanggung jawab atas keselamatan pekerja.

Pembongkaran kapal bukan hanya berbahaya bagi pekerja, tetapi juga menjadi tantangan bagi kehidupan laut dan orang-orang yang tinggal di dekatnya. Sampah bengkel itu dibuang ke laut, dan bahan kimia di udara telah menyebabkan masalah pernapasan.

Itulah kekhawatiran yang terus berlanjut bagi penduduk dan 12.000 pekerja yang mata pencahariannya bergantung pada galangan kapal tersebut. [as]