Kota Washington DC mengalami kerugian lebih besar daripada kebanyakan kota-kota di Amerika lainnya akibat shutdown, karena dana federal merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar,
WASHINGTON DC —
Dengan berakhirnya shutdown atau penghentian operasi sebagian pemerintah Amerika, Washington DC lebih lega, tapi bersiap menghadapi kemungkinan kesulitan anggaran lagi di masa depan. Kota di mana pariwisata dan pemerintah federal merupakan sumber pemasukan terbesar itu, mengalami kerugian lebih besar daripada kebanyakan kota-kota di Amerika lainnya sewaktu shutdown.
Teater Ford, di mana Presiden Abraham Lincoln dibunuh pada tahun 1865, adalah salah satu tempat wisata paling populer di Washington DC. Sebanyak 30.000 orang mengunjunginya setiap minggu.
Tapi tempat itu tetap ditutup selama dua minggu selama shutdown, sampai mendapat sumbangan dari pihak swasta yang memungkinkannya untuk dibuka kembali.
Pariwisata adalah pemasukan nomor satu di kota Washington DC, menurut Walikota Vincent Gray. Dia mengatakan pemesanan hotel turun lebih dari delapan persen pada awal Oktober dibandingkan tahun lalu, sehingga pendapatan kota itu diperkirakan hilang dua juta dolar.
Restoran mengalami kerugian berlipat ganda selama shutdown dengan berkurangnya turis dan dirumahkannya pegawai negeri, sumber pendapatan kedua Washington.
Walikota Gray mengatakan pemerintah federal penting bagi kesejahteraan ibukota. "Tidak diragukan lagi bahwa pemerintah federal terus memainkan peranan besar dalam perekonomian kota ini," tegasnya.
Washington berbeda dibandingkan kota-kota lain Amerika. Ini adalah distrik federal dan bukan bagian dari salah satu dari 50 negara bagian Amerika.
Anggarannya harus disetujui oleh walikota dan juga Kongres. Jika Kongres gagal untuk bertindak, Washington berada dalam kesulitan.
Ketika shutdown, kota itu terpaksa berhenti membayar berbagai penyedia layanan kesehatan di bawah naungan program Medicaid federal bagi pasien berpenghasilan rendah. Panti Jompo Stoddard Baptist mengkhawatirkan tentang berapa lama bisa terus beroperasi.
Presidennya, Steve Nash, mengatakan mereka memperkirakan akan kehabisan uang untuk membayar staf dan pemasok.
“Jika terus berlanjut, akan terjadi efek berganda yang menyebabkan gangguan pada layanan kami. Jadi kami sangat bersyukur bahwa shutdown telah berakhir, tapi kami masih khawatir kapan akan menerima gaji,” ungkap Nash.
Nash mengatakan ia mempersiapkan staf dan pemasoknya untuk mengantisipasi kemungkinan shutdown lagi dalam tiga bulan .
"Kami harus menyusun rencana dan berbicara dengan pemasok kami dan memastikan mereka mengerti, berbicara dengan karyawan untuk memastikan mereka paham bahwa mungkin akan ada penundaan lagi di masa depan jika ini terus berlanjut," tambahnya.
Nash dan Walikota Gray yakin solusi terbaik untuk mengatasi kekhawatiran anggaran Washington DC adalah dengan menjadikan kota itu sebagai negara bagian ke-51 di Amerika.
Teater Ford, di mana Presiden Abraham Lincoln dibunuh pada tahun 1865, adalah salah satu tempat wisata paling populer di Washington DC. Sebanyak 30.000 orang mengunjunginya setiap minggu.
Tapi tempat itu tetap ditutup selama dua minggu selama shutdown, sampai mendapat sumbangan dari pihak swasta yang memungkinkannya untuk dibuka kembali.
Pariwisata adalah pemasukan nomor satu di kota Washington DC, menurut Walikota Vincent Gray. Dia mengatakan pemesanan hotel turun lebih dari delapan persen pada awal Oktober dibandingkan tahun lalu, sehingga pendapatan kota itu diperkirakan hilang dua juta dolar.
Restoran mengalami kerugian berlipat ganda selama shutdown dengan berkurangnya turis dan dirumahkannya pegawai negeri, sumber pendapatan kedua Washington.
Walikota Gray mengatakan pemerintah federal penting bagi kesejahteraan ibukota. "Tidak diragukan lagi bahwa pemerintah federal terus memainkan peranan besar dalam perekonomian kota ini," tegasnya.
Washington berbeda dibandingkan kota-kota lain Amerika. Ini adalah distrik federal dan bukan bagian dari salah satu dari 50 negara bagian Amerika.
Anggarannya harus disetujui oleh walikota dan juga Kongres. Jika Kongres gagal untuk bertindak, Washington berada dalam kesulitan.
Ketika shutdown, kota itu terpaksa berhenti membayar berbagai penyedia layanan kesehatan di bawah naungan program Medicaid federal bagi pasien berpenghasilan rendah. Panti Jompo Stoddard Baptist mengkhawatirkan tentang berapa lama bisa terus beroperasi.
Presidennya, Steve Nash, mengatakan mereka memperkirakan akan kehabisan uang untuk membayar staf dan pemasok.
“Jika terus berlanjut, akan terjadi efek berganda yang menyebabkan gangguan pada layanan kami. Jadi kami sangat bersyukur bahwa shutdown telah berakhir, tapi kami masih khawatir kapan akan menerima gaji,” ungkap Nash.
Nash mengatakan ia mempersiapkan staf dan pemasoknya untuk mengantisipasi kemungkinan shutdown lagi dalam tiga bulan .
"Kami harus menyusun rencana dan berbicara dengan pemasok kami dan memastikan mereka mengerti, berbicara dengan karyawan untuk memastikan mereka paham bahwa mungkin akan ada penundaan lagi di masa depan jika ini terus berlanjut," tambahnya.
Nash dan Walikota Gray yakin solusi terbaik untuk mengatasi kekhawatiran anggaran Washington DC adalah dengan menjadikan kota itu sebagai negara bagian ke-51 di Amerika.