Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan lembaganya telah menerima 213 pengaduan siswa dan orang tua siswa di berbagai daerah terkait penerapan pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung empat pekan di tengah wabah COVID-19.
Sebagian besar siswa mengadu soal penugasan harian dari guru yang berat dan waktu pengerjaan yang pendek. Ada juga siswa SMA/SMK yang ditugaskan menulis esai hampir untuk semua bidang studi.
Proses pembelajaran itu bahkan terasa semakin berat di kalangan siswa yang tidak memiliki kuota internet, atau bahkan komputer.
"Ada siswa SMP yang pada hari kedua pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sudah mengerjakan 250 soal dari guru. Ada siswa SD di Bekasi yang diminta mengarang lagu tentang corona. Dinyanyikan disertai musik dan dan harus divideokan," tutur Retno Listyarti dalam konferensi video, Senin (13/4).
Retno menambahkan lembaganya juga mendapat pengaduan dari orang tua yang keberatan membayar uang iuran sekolah secara penuh karena tidak ada aktivitas pembelajaran di sekolah. Selain itu, orang tua mengalami masalah ekonomi karena terdampak wabah COVID-19.
KPAI merinci pengaduan jenjang SMA paling banyak yakni 95 pengaduan, disusul SMK 32 pengaduan, MAN 19 pengaduan, dan SMP 23 pengaduan. Pengaduan terbanyak berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebanyak 60 persen. Sedangkan sisanya tersebar di berbagai daerah lainnya seperti Jawa Barat, Banten dan Kalimantan Barat.
Retno merekomendasikan agar kementerian pendidikan dan kementerian agama agar menetapkan kurikulum situasi darurat. Menurutnya, ini diperlukan agar dinas pendidikan daerah tidak melakukan tekanan terhadap guru untuk menyelesaikan target kurikulum seperti kondisi normal.
"Para guru menyampaikan kepada KPAI, bahwa mereka setiap hari wajib lapor hasil penilaian atau kinerja kepada dinas pendidikan. Sehingga mereka terpaksa menugaskan siswa setiap hari sesuai dengan jadwal bidang studi mereka," tambah Retno.
Mita, siswi SMA di Jakarta juga mengeluhkan tugas sekolah yang banyak dan di luar jadwal yang ditentukan sekolah. Di samping itu, ia kesulitan mengikuti pelajaran karena kurangnya penjelasan dari guru.
"Belajar jarak jauh itu ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya itu saya bisa mengerjakan dengan santai dan ada tambahan waktu luang. Untuk kekurangannya, terkadang materi yang diberikan kurang dapat dimengerti karena penjelasannya kurang detail," tutur Mita.
Kendati demikian, tidak semua sekolah membebani muridnya dengan tugas yang berlebihan saat penerapan pembelajaran jarak jauh.
Guru SMA Global Mandiri Cibubur Arif Rakhman Hakim menjelaskan pihak sekolahnya justru mengurangi jam belajar. Mata pelajaran sejarah yang ia pegang, sebagai contoh, katanya, dikurangi dari 21 jam menjadi 12 jam. Tingkat kesulitan soal juga dikurangi mengingat keterbatasan belajar yang melalui online. Keduanya dilakukan tanpa mengabaikan hak anak untuk mendapat pengetahuan.
"Memang ada kendala di minggu pertama. Kita kesulitan sosialisasikan mengenai pembelajaran ini, karena kondisinya sangat cepat dan darurat," tutur Arif Rakhman.
Arif menambahkan pembelajaran online juga dibuat semenarik mungkin. Mereka yang dapat menyelesaikan tugas, mendapat tambahan poin.
Namun, Arif tetap berharap Kementerian Pendidikan membuat kurikulum dalam situasi darurat yang dapat menjadi acuan guru-guru di Indonesia. Ia beralasan guru akan kesulitan memenuhi kompetensi dasar secara normal di tengah wabah COVID-19.
Your browser doesn’t support HTML5
Belajar dari Rumah di TVRI
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan terus mendukung pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi COVID-19 untuk semua kalangan. Salah satunya dengan meluncurkan program belajar alternatif melalui siaran TVRI Nasional. Program ini telah dimulai pada Senin (13/4) dan akan berjalan hingga Juli 2020.
BACA JUGA: Belajar dari Rumah Lewat TVRI"Saksikan program belajar dari rumah setiap Senin sampai Minggu untuk semua jenjang pendidikan, guru dan orang tua hanya di TVRI. Marilah kita bersama-sama belajar dari rumah," kata Nadiem melalui akun Instagram Kemdikbud RI, Minggu (12/4) malam.
Selain materi pembelajaran untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga pendidikan menengah, program ini juga menayangkan materi bimbingan untuk orangtua dan guru. Serta program kebudayaan setiap Sabtu dan Minggu.
Fokus pembelajaran melalui televisi yaitu peningkatan literasi, numerasi, dan penumbuhan karakter peserta didik. Kemendikbud akan melakukan evaluasi program ini bersama dengan lembaga independen non-pemerintah. [sm/ab]