Pemerintah Mesir mencoba mengatasi kekurangan listrik dengan menginstruksikan toko-toko dan kafe- kafe tutup lebih awal, tapi para ekonom khawatir rencana ini justru kontra produktif.
Pejabat pemerintah mengatakan aturan untuk menutup toko-toko dan restoran lebih awal akan mulai diberlakukan setelah hari Idul Adha pada akhir bulan ini. Pemadaman listrik menjadi semakin sering dengan terpuruknya ekonomi pasca-revolusi.
Tapi para pengusaha terkemuka dan sejumlah ekonom berpendapat bahwa beberapa upaya pemerintah untuk menghemat energi tampak salah arah dan berakibat buruk pada lapangan kerja, pendapatan, dan sektor pariwisata.
Bagi aktivis politik Wael Khalil, penutupan awal dan kemungkinan dampaknya menjadi indikasi masa jabatan Presiden Mohamed Morsi.
"Kami belum melihat dari Morsi atau pemerintahannya mengenai upaya atau rencana pokok, dalam menanggapi isu-isu dan masalah jangka pendek dan menengah. Yang kita lihat sejauh ini adalah upaya untuk menutupi hal-hal itu tanpa adanya penilaian cukup terhadap dampak yang lebih luas atau, jujur saja, tidak ada pemikiran baru,” kata Khalil.
Bahkan upaya perbaikan tambal sulam tampaknya tidak bisa dipertahankan. Penutupan awal, misalnya, dilihat sebagian besar tidak dapat dilaksanakan, terutama di Kairo, kota yang berpenduduk 18-juta yang tidak mengenal waktu tetap.
Ekonom Magdy Sobhy Youssef adalah wakil direktur Pusat Kajian Politik dan Strategi Ahram.
"Di bawah pemerintah Morsi kita sebenarnya tidak melihat keberhasilan atau kesuksesan yang kokoh di bidang apapun, terutama perekonomian. Jadi, ada frustrasi, kecuali pemerintah melakukan sesuatu untuk membantu rakyat,” ujar Youssef.
Youssef mencatat frustrasi terlihat di berbagai sektor ekonomi – pada pekerja pelabuhan, dokter, karyawan pabrik mogok dan demonstrasi.
Yang menimbulkan masalah lebih lanjut bagi banyak orang yang bertanya, "Apakah protes-protes itu mendorong pemerintah untuk berbuat lebih banyak, atau hanya menambah ketidakstabilan?"
Sementara itu, analis politik dan penerbit Rania al Malki mengatakan, “Ada polarisasi besar dalam masyarakat tentang tindakan apa yang harus diambil, berapa banyak yang kita inginkan dari presiden pada saat seperti ini? Apakah ini waktu yang tepat untuk menggalang dukungan untuk melawannya, atau apakah ini adalah waktu untuk mendukung setiap inisiatif positif untuk membantu Presiden Morsi mencapai tujuannya?”
Ekonom Youssef mengatakan pemilihan parlemen dalam beberapa bulan mendatang menawarkan kesempatan untuk pemerintahan yang lebih representatif mampu membangun kembali ekonomi dan perubahan lembaga yang nyata.
Tapi janji untuk terjadinya perubahan segera dan perbaikan ekonomi telah dibuat berkali-kali: dengan pemilihan Morsi, dengan pemilihan parlemen sebelum itu, dan selama revolusi itu sendiri. Janji- janji yang oleh banyak warga Mesir terdengar palsu, karena kesabaran mereka telah habis.
Tapi para pengusaha terkemuka dan sejumlah ekonom berpendapat bahwa beberapa upaya pemerintah untuk menghemat energi tampak salah arah dan berakibat buruk pada lapangan kerja, pendapatan, dan sektor pariwisata.
Bagi aktivis politik Wael Khalil, penutupan awal dan kemungkinan dampaknya menjadi indikasi masa jabatan Presiden Mohamed Morsi.
"Kami belum melihat dari Morsi atau pemerintahannya mengenai upaya atau rencana pokok, dalam menanggapi isu-isu dan masalah jangka pendek dan menengah. Yang kita lihat sejauh ini adalah upaya untuk menutupi hal-hal itu tanpa adanya penilaian cukup terhadap dampak yang lebih luas atau, jujur saja, tidak ada pemikiran baru,” kata Khalil.
Bahkan upaya perbaikan tambal sulam tampaknya tidak bisa dipertahankan. Penutupan awal, misalnya, dilihat sebagian besar tidak dapat dilaksanakan, terutama di Kairo, kota yang berpenduduk 18-juta yang tidak mengenal waktu tetap.
Ekonom Magdy Sobhy Youssef adalah wakil direktur Pusat Kajian Politik dan Strategi Ahram.
"Di bawah pemerintah Morsi kita sebenarnya tidak melihat keberhasilan atau kesuksesan yang kokoh di bidang apapun, terutama perekonomian. Jadi, ada frustrasi, kecuali pemerintah melakukan sesuatu untuk membantu rakyat,” ujar Youssef.
Youssef mencatat frustrasi terlihat di berbagai sektor ekonomi – pada pekerja pelabuhan, dokter, karyawan pabrik mogok dan demonstrasi.
Yang menimbulkan masalah lebih lanjut bagi banyak orang yang bertanya, "Apakah protes-protes itu mendorong pemerintah untuk berbuat lebih banyak, atau hanya menambah ketidakstabilan?"
Sementara itu, analis politik dan penerbit Rania al Malki mengatakan, “Ada polarisasi besar dalam masyarakat tentang tindakan apa yang harus diambil, berapa banyak yang kita inginkan dari presiden pada saat seperti ini? Apakah ini waktu yang tepat untuk menggalang dukungan untuk melawannya, atau apakah ini adalah waktu untuk mendukung setiap inisiatif positif untuk membantu Presiden Morsi mencapai tujuannya?”
Ekonom Youssef mengatakan pemilihan parlemen dalam beberapa bulan mendatang menawarkan kesempatan untuk pemerintahan yang lebih representatif mampu membangun kembali ekonomi dan perubahan lembaga yang nyata.
Tapi janji untuk terjadinya perubahan segera dan perbaikan ekonomi telah dibuat berkali-kali: dengan pemilihan Morsi, dengan pemilihan parlemen sebelum itu, dan selama revolusi itu sendiri. Janji- janji yang oleh banyak warga Mesir terdengar palsu, karena kesabaran mereka telah habis.