Paus Kritik Pihak yang Bahas Perdamaian di Suriah Namun Pasok Senjata

Paus Fransiskus menyambut kaum migran dan pengungsi di kamp pengungsi Moria dekat pelabuhan Mytilene. Pulau Lesbos, Yunani. (foto: REUTERS/Filippo Monteforte)

Negara-negara yang menjadi pemasok senjata bagi pihak yang bertikai di Suriah namun di saat yang sama berbicara mengenai perdamaian mendapat kritikan tajam dari Paus Fransiskus. Paus Fransiskus tidak menyebutkan negara-negara yang dimaksudnya.

Paus Fransiskus hari Selasa (5/7) mengkritik negara-negara yang mempersenjatai pihak-pihak yang bertikai di Suriah namun di saat yang sama berbicara mengenai perdamaian.

Paus tidak menyebutkan negara-negara yang dimaksudnya. Pemerintah Presiden Bashar al-Assad menerima bantuan bantuan militer dan bantuan lainnya dari Rusia dan Iran, sementara kelompok-kelompok penentangnya mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan regional negara-negara Muslim Sunni dan negara Barat.

“Sementara orang-orang mengalami penderitaan, uang dalam jumlah besar dibelanjakan untuk memasok senjata kepada para pejuang. Dan beberapa negara yang memasok semua persenjataan ini adalah juga mereka yang berbicara tentang perdamaian,” ujar Paus Fransiskus dalam sebuah pesan video kepada kelompok amal yang mengadakan konferensi terkait situasi di Suriah.

“Bagaimana engkau bisa percaya pada orang yang membelaimu dengan tangan kanan dan memukulmu dengan tangan kiri?”

Lebih dari seperempat juta orang terbunuh dan lebih dari 11 juta orang mengungsi akibat perang saudara di Suriah yang sudah berlangsung selama lima tahun, yang telah menyebabkan timbulnya krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Pembicaraan perdamaian yang diprakarsai PBB telah menemui jalan buntu. Utusan PBB untuk Suriah menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB minggu lalu, masih belum ada kejelasan kapan putaran berikut pembicaraan perdamaian akan berlangsung.

Paus Fransiskus telah mengeluarkan banyak seruan perdamaian di Suriah dan mengkritik produsen senjata dan para pedagang senjata, dengan mengatakan mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai umat Kristiani. [ww]