KTT ASEAN Berfokus pada Ketegangan dan Tren Perdagangan

Bendera KTT ASEAN di Suntec Convention Centre, Singapura, 11 November 2018. (Foto: dok).

Potensi kerugian terhadap perdagangan global yang ditimbulkan oleh perang tarif Presiden Donald Trump dengan Beijing kian membayangi, sementara negara-negara ASEAN, China, Amerika Serikat dan ekonomi regional lainnya bertemu di Singapura pekan ini.

Negara-negara di kawasan ini, yang kebanyakan sangat bergantung pada perdagangan untuk menumbuhkan ekonomi mereka, menanggapi dengan pernyataan keras mengenai perdagangan bebas.

“Semua negara terhubung dalam rantai industri yang sama di dunia sekarang ini, dan Tiongkok serta Amerika Serikat merupakan bagian penting dari itu. Tak seorang pun menginginkan atau mengharapkan akan melihat ada interupsi terhadapnya,” kata Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang hari Selasa, dalam suatu ceramah di sela-sela KTT.

Belum jelas apakah pertemuan puncak 10 negara anggota ASEAN pekan ini akan menghasilkan kemajuan dalam suatu perjanjian perdagangan baru yang akan membuat para anggota ASEAN dan negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik berkomitmen untuk membuka pasar lebih jauh lagi.

Para partisipan menyatakan India, menolak membuka pasarnya lebih luas lagi bagi impor dari Tiongkok di bawah perjanjian yang disebut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, RCEP.

Ekspektasi dalam pertemuan itu tidak terlalu tinggi. Perdana Menteri Australia Scott Morrison Selasa menyatakan ia akan bergabung dengan para pemimpin di Singapura sekadar untuk “mengevaluasi kemajuan” ke arah suatu perjanjian.

Tetapi momentumnya harus mengarah pada perdagangan yang lebih terbuka, kata Perdana Menteri Malaysia Mahahtir Muhamad. Kalau tidak, katanya mengingatkan, akan ada efek domino di mana negara-negara terlibat dalam langkah yang semakin protektif terhadap pesaing-pesaing mereka. [uh]