KTT Nuklir Terfokus pada Korut dan ISIS

Menlu AS John Kerry memberikan sambutan dalam jamuan makan malam untuk para delegasi KTT Nuklir di Kantor Kementerian Luar Negeri AS di Washington (31/3).

KTT nuklir keempat dan terakhir bagi Obama ini berlangsung pada saat keprihatinan meningkat mengenai kemungkinan ISIS meledakkan bom-bom radioaktif dan juga mengenai kemungkinan Korea Utara mengembangkan senjata nuklir.

Presiden AS Barack Obama, Jumat (1/4), akan berpidato di penghujung hari kedua dan terakhir KTT Keamanan Nuklir di Washington yang dihadiri para pemimpin dunia.

Presiden Obama, Kamis (31/3), mengatakan bahwa menyusul terjadinya berbagai serangan, termasuk di Brussels, tidak hanya ada keterdesakan untuk membahas masalah nuklir tapi juga memberantas teroris.

KTT nuklir keempat dan terakhir bagi Obama ini berlangsung pada saat keprihatinan meningkat mengenai kemungkinan ISIS meledakkan bom-bom radioaktif dan juga mengenai kemungkinan Korea Utara mengembangkan senjata nuklir.

Sebelum KTT dimulai, Presiden Obama, Kamis bertemu dengan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang untuk membahas usaha bersama untuk mendenuklirisasi Semenanjung Korea.

"Kita telah memerintahkan tim-tim kita pada pekan-pekan dan bulan-bulan mendatang untuk secara tekun berusaha mencari langkah-langkah tambahan yang dapat kita ambil bersamauntuk memastikan bahwa Semenanjung Korea bebas nuklir dan bahwa kita dapat memulihkan kestabilan dan perdamaian di kawasan itu," kata Presiden Obama.

Beberapa pemimpin dunia yang menghadiri jamuan makan malam KTT di Gedung Putih, Kamis, berasal dari negara-negara yang terpengaruh langsung serangan teroris.

Pada jamuan makan malam tingkat menteri di gedung Departemen Luar Negeri AS,Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, ada masanya di mana usaha untuk memajukan keamanan nuklir berlangsung lambat, dan masih luar biasa banyak yang harus dilakukan, namun setiap langkah maju yang diambil adalah sebuah langkah yang semakin menjauhi bahaya.

Sebelumnya Kamis, Obama mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin dunia, beberapa jam sebelum muncul berita bahwa Korea Utara kembali melangsungkan uji coba misil balistik.

Ia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan Perdana Manteri Jepang Shinzo Abe untuk membahas ancaman Korea Utara menyusul ujicoba nuklir Pyongyang pada bulan Januari dan peluncuran misil jarak jauh pada bulan Februari.

"Penting untuk mendukung lebih jauh kerjasama Jepang-Amerika Serikat-Korea Utara di bidang keamanan. Yang menjadi keprihatinan khusus adalah kemajuan kemampuan nuklir Korea Utara, yang merupakan ancaman langsung dan serius tidak hanya bagi ketiga negara melainkan juga bagi masyarakat global.Untuk menanggapi situasi itu, kami mengukuhkan komitmen kami untuk memperkokoh kerjasama trilateral pada semua tingkat,yang merupakan prestasi besar pada pertemuan ini," kata Perdana Menteri Abe.

Pyongyang juga menjadi fokus pembicaraan ketika Obama kemudian bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

Pada awal pembicaraan Xi mengatakan,China ingin meningkatkan komunikasi dan koordinasi mengenai isu nuklir Korea Utara serta isu-isu regional dan global lainnya.

Washington menganggap Beijing, sekutu Pyongyang, memegang peran kunci dalam menegakkan sanksi-sanksi PBB yang diberlakukan terhadap Korea Utara karena mengembangkan senjata nuklir.

AS dan negara-negara besar lain kemungkinan merasa semakin terdesak untuk mengamankan bahan dan fasilitas nuklir dari teroris menyusul serangan di Brussels 22 Maret lalu.

Laporan-laporan berita menyebutkan dua bersaudara yang terkait serangan itu terlibat dalam usaha menggali informasi mengenai fasilitas nuklir Belgia. [ab/lt]