Kue Dadar Cacing Hangatkan Musim Dingin di Hanoi

Bui Thi Nga, seorang ibu penjual 'cha ruoi' sedang memasukkan cacing rugworm untuk dimasak menjadi kue dadar cacing di warungnya di Hanoi, 14 Desember 2018.

Saat udara dingin paling enak mengudap makanan hangat. Di Ibu Kota Vietnam, Hanoi, “cha ruoi”, sejenis kue goreng renyah, dan padat berisi cacing jenis ragworm atau semacam cacing tanah, menjadi kudapan favorit untuk mengusir hawa dingin.

Tapi mungkin butuh nyali untuk menyantap kudapan itu.

Kue hangat berbentuk dadar yang terbuat dari campuran daging babi, telur, daun dill, kulit jeruk, dan segenggam cacing goreng, menjadi sajian favorit di warung-warung pinggir jalan hingga di rumah-rumah di bagian utara Vietnam.

Cacing itu biasanya membanjiri sawah-sawah ketika suhu mulai turun di utara sekitar Oktober dan November.

Para penjual cha ruoi biasanya menyemangati para pembeli agar tidak takut dengan isian cacing yang tampak menjijikan. Cha ruoi dijual seharga $1.

“Kelihatannya memang jelek, tapi jangan takut,” kata Bui Thi Nga, yang keluarganya sudah menjual makanan khas itu selama 30 tahun.

“Isiannya enak dan mengandung protein tinggi,” kata Bui kepada kantor berita AFP dari warungnya di kawasan Old Quarter di Hanoi.

Cacing-cacing itu bisa juga direbus dengan saus karamel kental, dicampur rempah-rempah atau cabai menjadi saus cocolan.

Tapi dadar cacing itu, yang lebih enak bila dibuat saat cacing masih menggeliat hidup, sudah lama menjadi favorit.

Tidak hanya itu. Kue dadar cacing yang sudah dibuat selama beberapa generasi di Vietnam, juga disebut bisa menjaga pernikahan agar tetap langgeng dan bahagia.

“Jika pasangan suami-istri tidak memakan sedikit pun ‘cha ruoi’ saat musimnya, tidak saja sang istri yang mengeluh, sang suami juga,” kata Vu Bang dalam buku karangannya “Jajanan Hanoi” yang diterbitkan pada 1952.

“Saya suka makan cha ruoi pada musim dingin. Ada rasa manis dan asam dari saus cocolan, dan rempah-rempahnya juga mendinginkan...sangat unik,” kata Hoang Thi Thu Hang kepada AFP. [ft]