Pemerintah akan segera memberlakukan sanksi bagi siapa saja yang melanggar protokol kesehatan pada masa pandemi. Presiden Jokowi pun mengumpulkan para gubernur untuk memberi arahan tersebut.
Presiden Joko Widodo mengumpulkan para gubernur di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (15/7). Pertemuan tersebut untuk membahas penerapan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan pada masa perebakan virus corona.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hadir mengatakan penerapan sanksi dibutuhkan agar kedisiplinan masyarakat meningkat, sehingga penularan virus bisa ditekan secara maksimal.
“Pak Presiden memberikan arahan untuk menegakkan disiplin. Memang seyogyanya ada sanksi apa itu denda maupun administrasi. Supaya ada proses peningkatan kedisiplinan masyarakat yang itu harus diiringi upaya pergerakan roda perekonomian kembali. Itu yang pernah disampaikan antara rem dan gas. Jadi, kapan di rem, kapan di gas. Kepala daerah harus bisa melakukan deteksi secara kontinyu. Jadi pergerakan ekonomi dan Covid-19 bisa dikendalikan,” ungkap Khofifah.
Pemprov Jawa Barat telah mendapat restu Jokowi untuk dapat menerapkan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Presiden sedang menyiapkan Instruksi Presiden (inpres) sebagai dasar hukum penguatan sanksi tersebut.
Pria yang akrab dipanggil Emil ini berharap inpres tersebut akan segera keluar sehingga bisa mulai berlaku pada 27 Juli mendatang. Apa bentuk sanksinya? Emil mengatakan sanksi itu berbentuk denda.
“Tadi ditanya Jawa Barat berapa, saya bilang sekitar Rp100.000 sampai Rp150.000. Ya nanti diperkuat oleh Inpres yang mudah-mudahan minggu ini keluar. Di Jabar akan diterapkan denda tidak pakai masker di ruang publik, kecuali pidato, kecuali makan, dan lain-lain," imbuhnya.
Bagaimana Penanganan Covid-19 di Jabar dan Jatim?
Jawa Barat sempat menjadi kontributor terbesar kasus baru virus corona, akibat adanya klaster baru di sekolah calon perwira (secapa) TNI AD di Bandung beberapa waktu lalu. Meski begitu, Emil mengatakan, sampai detik ini pandemi di Jawa Barat cukup terkendali.
Your browser doesn’t support HTML5
“Itu saya sebutnya anomali. Jadi waktu Secapa dilaporkan kan naik tuh, Besoknya udah turun lagi ke 70, 50, jadi artinya Jabar tuh sebenarnya terkendali. Tapi ada titik-titik yang perlu diwaspadai yakni lembaga pendidikan kenegaraan. Yang berasrama. Karena apa? Karena siswanya datang dari seluruh Indonesia. Yang mengakibatkan, saya ngga bisa mengontrol karena kewenangan ada di pemerintah pusat. Tadi sudah saya laporkan kepada Presiden,” ujar Emil.
Kenapa bisa disebut terkendali, Emil mengatakan hal ini dilihat berdasarkan positivity rate di Jawa Barat yang relatif rendah jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Tanah Air.
BACA JUGA: Warga Sekitar Secapa AD Akan Dites dan Dikarantina“Tapi di luar itu, Jabar dianggap baik, salah satu ukurannya positivity rate. Salah satu ukuran WHO ya, keterpaparan. Kita kan di bawah lima persen. Dari 100 persen PCR-Swab, kita hanya empat persen. Provinsi lain dekat kita ada 30 keterpaparannya 12 persen, 10 persen. Jadi itu. Rumah sakit juga tinggal 25 persen. Nah, ini kombinasi dengan ekonomi tadi. Jawa Barat 80 persen ekonominya sudah dibuka, sambil hati-hati,” paparnya.
Sementara itu, Khofifah mengatakan meskipun Jawa Timur menjadi salah satu provinsi dengan kasus Covid-19 terbanyak, dalam kurun waktu enam hari berturut-turut tingkat kesembuhan pasien terus meningkat. Pihaknya saat ini juga masih berusaha menurunkan tingkat kematian yang masih relatif tinggi.
BACA JUGA: Daerah Risiko Tinggi Covid-19 Menurun Jadi 6 Persen“Jadi begini, sekarang ini sudah enam hari berturut-turut, alhamdulillah kesembuhan pasien Covid-19 di Jawa Timur itu terbanyak se-Indonesia. Enam hari berturut-turut. pada posisi negatif dua kali. Hari ini Insya Allah dari data yang saya update kemungkinan sampai 500-an yang sembuh,” ungkap Khofifah.
Kasus Corona di Indonesia Tembus 80.000
Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Rabu (15/7) Indonesia memiliki 80.094 kasus Covid-19 , setelah ada penambahan 1.522 kasus baru hari ini.
Yuri juga mengumumkan ada 1.414 pasien yang sudah diperbolehkan pulang hari ini, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 39.050. Jumlah kematian masih terus meningkat. Sebanyak 87 orang meninggal dunia, sehingga jumlah total penderita yang meninggal pun menjadi 3.797. Sementara itu jumlah suspek yang sedang dipantau kini mencapai 47.859. [gi/ab]