Paus Fransiskus, Senin (27/11), memulai lawatan enam hari ke Myanmar dan Bangladesh.
Sementara perhatian akan banyak terfokus pada bagaimana Paus menanggapi krisis Muslim Rohingya, perjalanan itu juga sangat signifikan bagi minoritas Katolik di masing-masing negara itu.
Warga Katolik itu menghadapi berbagai tantangan termasuk diskriminasi, ketidakmampuan meraih jabatan pemimpin dan ancaman kekerasan. Banyak warga Kristen berharap kunjungan Paus akan menyoroti penderitaan warga miskin dan kelompok agama minoritas, termasuk mereka sendiri.
Di Myanmar, Kristen dianggap banyak orang sebagai keyakinan kolonial, setelah negara itu dijajah Inggris selama satu abad sampai kemerdekaan 1948.
Kunjungan Paus ke Bangladesh berlangsung di tengah ketegangan antar kelompok agama, setelah sejumlah Muslim radikal menyerang atau mengancam untuk menyerang pendeta-pendeta Kristen dan para pengikutnya. [vm]