Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami peningkatan hingga 5 persen pada 2012, mencapai delapan juta orang.
BANDUNG —
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai delapan juta orang pada 2012, atau naik 5 persen dari tahun sebelumnya.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, mengungkapkan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkatkan pengeluaran wisatawan.
Pada 2012, ujarnya, pengeluaran wisatawan mancanegara rata-rata sebesar US$1.133 per kunjungan, atau naik sekitar 6 persen dibandingkan $1.117 pada 2011. Secara total, devisa yang didapat dari sektor pariwisata pada 2012 mencapai US$9 miliar (Rp 87,16 triliun).
Menurut Sapta, pengeluaran wisatawan tersebut sangat menguntungkan perekonomian masyarakat Indonesia, karena sifatnya yang langsung berupa pembayaran uang tunai.
“Nah, itulah yang penting, spending-nya (pengeluarannya) itu besar. Jadi pariwisata itu memberikan dampak ekonomi langsung. Dari $1.133, buat transportasi berapa, buat akomodasi berapa, buat restoran berapa, buat suvenir berapa, dana lain, itu kan besar. Jadi langsung tuh, direct spending, langsung ke pedagang. Cash,” ujarnya pada Minggu (10/3) di Bandung.
Sapta menambahkan, wisatawan mancanegara yang sering berkunjung ke Indonesia berasal dari Australia, Singapura, Malaysia, dan Eropa. Hingga kini daerah tujuan wisata yang masih menjadi favorit para wisatawan masih Bali.
Menurut Sapta, selama ini wisatawan domestik atau dalam negeri masih terbanyak dibandingkan wisatawan mancanegara. Pada 2012 lalu terdapat 250 juta pergerakan wisatawan domestik dengan pengeluaran rata-rata Rp 700.000 per kunjungan.
Menurut Sapta, dari sekian banyak daerah tujuan wisata, Provinsi Jawa Barat termasuk daerah yang paling lengkap sektor pariwisatanya.
“Di Jawa Barat itu lengkap semuanya, baik (wisata) alam maupun (wisata) budaya, sangat kaya. Dan orangnya juga ramah-ramah. Dan juga kuliner, itu sangat spesial di Jawa Barat. Menurut saya, kita tinggal optimalisasi saja. Sudah jalan sih, Bandung kan sudah jadi destinasi. Tinggal tujuh kabupaten lain yang perlu kita kembangkan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Nunung Sobari mengatakan, sebagai salah satu provinsi tujuan wisata, Jawa Barat kerap dikunjungi oleh wisatawan asal Belanda dan Jepang. Mereka pada umumnya mengunjungi bangunan tua, museum, dan gua peninggalan zaman penjajahan, ujar Nunung.
“Orang-orang (wisatawan) Jepang maupun Belanda biasanya ingin wisata nostalgia. Mereka tentu saja tahu asal usul atau leluhurnya pernah hadir di Jawa Barat. Mereka ingin tahu keturunan kedua atau ketiganya. Jadi ada wisata-wisata nostalgia untuk (wisatawan) Belanda maupun Jepang,” kata Nunung.
Pemerintah, tambahnya, kini terus mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia atau SDM bidang pariwisata, melalui pembenahan kurikulum di perguruan tinggi ilmu pariwisata. Bahkan, pendidikan tersebut kini juga dipersiapkan untuk menghadapi tantangan persaingan pasar terbuka ASEAN yang memungkinkan SDM dari luar negeri berkecimpung dalam sektor pariwisata di Indonesia dan sebaliknya.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, mengungkapkan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkatkan pengeluaran wisatawan.
Pada 2012, ujarnya, pengeluaran wisatawan mancanegara rata-rata sebesar US$1.133 per kunjungan, atau naik sekitar 6 persen dibandingkan $1.117 pada 2011. Secara total, devisa yang didapat dari sektor pariwisata pada 2012 mencapai US$9 miliar (Rp 87,16 triliun).
Menurut Sapta, pengeluaran wisatawan tersebut sangat menguntungkan perekonomian masyarakat Indonesia, karena sifatnya yang langsung berupa pembayaran uang tunai.
“Nah, itulah yang penting, spending-nya (pengeluarannya) itu besar. Jadi pariwisata itu memberikan dampak ekonomi langsung. Dari $1.133, buat transportasi berapa, buat akomodasi berapa, buat restoran berapa, buat suvenir berapa, dana lain, itu kan besar. Jadi langsung tuh, direct spending, langsung ke pedagang. Cash,” ujarnya pada Minggu (10/3) di Bandung.
Sapta menambahkan, wisatawan mancanegara yang sering berkunjung ke Indonesia berasal dari Australia, Singapura, Malaysia, dan Eropa. Hingga kini daerah tujuan wisata yang masih menjadi favorit para wisatawan masih Bali.
Menurut Sapta, selama ini wisatawan domestik atau dalam negeri masih terbanyak dibandingkan wisatawan mancanegara. Pada 2012 lalu terdapat 250 juta pergerakan wisatawan domestik dengan pengeluaran rata-rata Rp 700.000 per kunjungan.
Menurut Sapta, dari sekian banyak daerah tujuan wisata, Provinsi Jawa Barat termasuk daerah yang paling lengkap sektor pariwisatanya.
“Di Jawa Barat itu lengkap semuanya, baik (wisata) alam maupun (wisata) budaya, sangat kaya. Dan orangnya juga ramah-ramah. Dan juga kuliner, itu sangat spesial di Jawa Barat. Menurut saya, kita tinggal optimalisasi saja. Sudah jalan sih, Bandung kan sudah jadi destinasi. Tinggal tujuh kabupaten lain yang perlu kita kembangkan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Nunung Sobari mengatakan, sebagai salah satu provinsi tujuan wisata, Jawa Barat kerap dikunjungi oleh wisatawan asal Belanda dan Jepang. Mereka pada umumnya mengunjungi bangunan tua, museum, dan gua peninggalan zaman penjajahan, ujar Nunung.
“Orang-orang (wisatawan) Jepang maupun Belanda biasanya ingin wisata nostalgia. Mereka tentu saja tahu asal usul atau leluhurnya pernah hadir di Jawa Barat. Mereka ingin tahu keturunan kedua atau ketiganya. Jadi ada wisata-wisata nostalgia untuk (wisatawan) Belanda maupun Jepang,” kata Nunung.
Pemerintah, tambahnya, kini terus mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia atau SDM bidang pariwisata, melalui pembenahan kurikulum di perguruan tinggi ilmu pariwisata. Bahkan, pendidikan tersebut kini juga dipersiapkan untuk menghadapi tantangan persaingan pasar terbuka ASEAN yang memungkinkan SDM dari luar negeri berkecimpung dalam sektor pariwisata di Indonesia dan sebaliknya.