Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjanjikan bantuan kemanusiaan tambahan sebesar $100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) bagi Turki, setelah mengunjungi Turki tenggara yang terdampak gempa bumi hari Minggu (19/2).
Blinken tiba di Turki hari Minggu untuk melakukan kunjungan resmi dan melakukan diskusi tentang bagaimana Washington dapat terus membantu Ankara yang bergulat menghadapi dampak gempa dahsyat yang menewaskan puluhan ribu orang.
Setelah mendarat di Pangkalan Udara Incirlik, Blinken melakukan tur menggunakan helikopter ke wilayah yang terkena gempa bersama Menteri luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Blinken kemudian mendatangi pusat logistik bantuan dan membantu personel militer memuat bantuan kemanusiaan.
“Saya baru saja mendapat kesempatan untuk terbang pada hari ini untuk melihat sejumlah kehancuran [akibat gempa] dan sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata,” kata Blinken kepada wartawan.
“Hari ini, saya dapat mengumumkan bahwa kami akan memberikan $100 juta lagi untuk membantu mereka yang sangat membutuhkan,” katanya.
Sejak gempa terjadi, AS telah mengirimkan satu tim SAR ke Turki serta pasokan medis, mesin penghancur beton dan bantuan kemanusiaan tambahan $85 juta (sekitar Rp1,2 triliun) yang juga mencakup Suriah.
Gempa bumi 7,8 magnitudo mengguncang Turki tenggara dan negara tetangganya, Suriah, pada 6 Februari lalu, menewaskan lebih dari 45.000 orang dan menyebabkan sejuta lebih penduduk kehilangan tempat tinggal. Kerugian ekonomi akibat bencana alam tersebut diperkirakan mencapai miliaran dolar.
Blinken mengakui bahwa ada hambatan logistik serius yang menghalangi pengiriman bantuan ke Suriah. Namun ia berjanji akan meningkatkan upaya bantuan terlepas dari sanksi AS terhadap rezim Suriah saat ini.
“Kami akan melakukan segalanya yang kami bisa, termasuk, misalnya, memastikan tanpa ragu bahwa apa pun sanksi yang berlaku terhadap Suriah tidak akan memengaruhi pemberian bantuan kemanusiaan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Gempa Guncang Perekonomian Turki yang RentanBlinken kemudian berterima kasih kepada staf Badan Pembangunan Internasional AS atas upaya mereka membantu para korban gempa.
Selain urusan bantuan gempa, agenda utama lain dalam kunjungan Blinken ke Turki adalah tentang terhentinya proses penerimaan Swedia dan Finlandia ke dalam NATO, yang sejauh ini enggan diratifikasi Turki, dengan alasan bahwa Swedia, khususnya, telah menyembunyikan apa yang disebut Turki sebagai anggota kelompok teroris. Ankara baru-baru ini mengindikasikan hanya akan menyetujui Finlandia.
Swedia dan Finlandia pada tahun lalu mendaftarkan diri ke dalam pakta pertahanan trans-Atlantik, alias NATO, setelah Rusia menginvasi Ukraina. Akan tetapi, mereka menghadapi keberatan tak terduga dari Turki, dan sejak saat itu berusaha mendapatkan dukungan Ankara. [rd/ka]