Kurdi Irak Khawatir Serangan Roket yang Didukung Iran

Seorang anggota Partai Pekerja Kurdistan membawa senjata semi-otomatis di sebuah jalan di Pegunungan Qandil, di utara Irak, 22 Juni 2018.

Kelompok Kurdi Irak yang berperan penting dalam perang melawan kelompok teroris ISIS, kini prihatin dengan ancaman baru, yaitu milisi Syiah yang didukung Iran.

Dalam beberapa pekan terakhir, wilayah Kurdistan yang otonom menyaksikan sejumlah serangan roket dan drone yang menarget pangkalan yang dihuni pasukan Amerika Serikat (AS) dan pasukan asing lainnya. Serangan itu menewaskan sedikitnya satu kontraktor dan seorang tentara Turki serta melukai beberapa lainnya.

Departemen Luar Negeri AS dalam pernyatannya mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menelepon Perdana Menteri Pemerintah Regional Kurdistan (KRG), Masrour Barzani pekan lalu untuk menegaskan kembali "janji AS atas stabilitas Irak dan Wilayah Kurdistan Irak."

"Menlu membahas serangan berkelanjutan terhadap Irak, AS, dan pasukan Koalisi, termasuk serangan 14 April di Bandara Internasional Erbil," kata pernyataan itu.

"Menlu AS dan Perdana Menteri Kurdi sepakat, serangan-serangan itu adalah pelanggaran berat terhadap kedaulatan Irak."

Meskipun ada dukungan dari AS dan pemerintah Barat lainnya, warga Kurdi tetap khawatir bahwa milisi bersenjata berat yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) tidak bisa dihalangi.

Wilayah Kurdistan diperintah oleh Partai Demokrat Kurdistan (KDP) dan Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK). Meskipun berperan serta dalam pemerintahan yang ber satu, kedua belah pihak memiliki kekuatan peshmerga (pasukan gerilya) yang terpisah.

Pada 14 April, dua serangan terpisah menarget ibu kota wilayah Erbil. Serangan drone bermuatan bahan peledak, menghantam Bandara Internasional Erbil. Meski tidak menimbulkan korban, serangan itu menandai pertama kalinya milisi menggunakan pesawat nirawak untuk menyerang Erbil. [ps/jm]