Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Didik Supranoto kepada VOA mengatakan kontak tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu terjadi sekira pukul 15 WITA saat petugas Satgas Operasi Madago Raya melakukan pengejaran terhadap kelompok MIT di wilayah pegunungan kilometer 7 desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
“Inikan lanjutan dari pengejaran yang kemarin terjadi pada hari Senin (1/3) kemudian tadi terjadi kontak tembak, kemudian gugur personel Polri dari Brimob Polda Sulawesi Tengah atas nama Briptu Herlis,” jelas Kombes Didik pada Rabu malam.
Dijelaskannya jenazah almarhum Briptu Herlis telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah yang rencananya akan diterbangkan menuju kampung halamannya di Kolaka Utar, Sulawesi Tenggara pada Kamis (4/3/2021) melalui Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri Kota Palu.
BACA JUGA: Kontak Tembak di Poso, Dua Teroris Tewas, 1 Prajurit TNI GugurPeristiwa ini menambah jumlah aparat keamanan yang gugur dalam upaya perburuan kelompok teroris di Poso. Senin lalu (1/3), satu prajurit TNI gugur setelah terlibat baku tembak yang turut menewaskan dua anggota kelompok MIT di pegunungan Andole, Desa Tambarana.
Kelompok MIT terus diburu oleh aparat keamanan dalam Operasi Madago Raya melibatkan sekitar 700 personel gabungan TNI POLRI. Kelompok MIT itu diduga memiliki persenjataan satu pucuk senjata api laras panjang, dua pucuk senjata api laras pendek serta bom rakitan.
Kelompok teroris itu bergerak secara bergerilya dengan memanfaatkan lebatnya hutan pegunungan untuk bersembunyi.
Harapan Masyarakat, MIT Segera Dituntaskan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso Iskandar Lamuka mengatakan pada VOA, ada harapan yang besar dari warga masyarakat Poso bahwa Satuan Tugas Operasi Madago Raya dapat segera mengakhiri gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh kelompok MIT. Berbagai peristiwa kekerasan yang turut mengorbankan warga sipil menimbulkan citra negatif bagi wilayah Sulawesi Tengah yang dianggap sebagai daerah yang tidak aman.
“Karena bayangkan dengan situasi seperti ini sebenarnya bukan cuma Poso yang terganggu, region Sulawesi Tengah itu terganggu karena banyak orang yang mau datang investasi dan lain sebagainya itu kesannya bahwa Sulawesi Tengah itu tidak aman, jadi dampak ini bukan cuma orang Poso yang rasakan tapi juga Sulawesi Tengah,” jelas Iskandar Lamuka kepada VOA pada Rabu siang.
Your browser doesn’t support HTML5
Situasi sulit juga dirasakan oleh mayoritas warga petani yang tidak berani mengolah lahan-lahan kebun yang berada di sekitar wilayah pegunungan.
“Apalagi situasi pandemi begini, pertanian menjadi harapan potensi besar kita, kalau mereka tidak punya lahan mereka mau makan apa, tumpuan harapan mereka hanya ada disana,” kata Iskandar.
Dia berharap di tahun 2021 masalah gangguan keamanan di Poso dapat terselesaikan sepenuhnya. [yl/em]