Langkah Agresif Rusia Uji Solidaritas NATO

Rusia baru-baru ini memangkalkan peluncur misil berkemampuan nuklir 'Iskander' ke kawasan Kaliningrad, dekat perbatasan Polandia dan Lithuania (foto: ilustrasi).

Barat sekarang menghadapi berbagai tantangan seperti perang yang berlanjut di Timur Tengah, gelombang imigran yang mencari keselamatan dan kehidupan lebih baik, ditambah ancaman ekstremisme keras sehingga membuat Persekutuan NATO dalam kedudukan sangat tegang.

Seolah memperuncing ketegangan itu adalah kebangkitan baru Rusia yang lewat postur agresifnya ingin menguji solidaritas anggota NATO.

Pembekuan belum lama ini at perjanjian kerjasama nuklir dan penelitian energi yang sudah tiga tahun antara Rusia dan Amerika merupakan gejala terbaru memburuknya hubungan antara keduanya.

Pembekuan terjadi pada saat timbul ketegangan mengenai kelanjutan dukungan Rusia pada pemberontak separatis di Ukraina timur menyusul tindakan Rusia mencaplok Krimea tahun 2014. Lewat langkah yang mencemaskan Barat, Rusia baru-baru ini memangkalkan peluru kendali berkemampuan nuklir 'Iskander' ke kawasan Kaliningrad yang berbatasan dengan Polandia dan Lithuania dengan mengatakan itu hanya bagian dari latihan rutin. Lithuania yang anggota NATO mengatakan akan memprotes Moskow atas pemangkalan itu. Menurut beberapa pakar, langkah Moskow itu bertujuan untuk mengacaukan NATO.

"Rusia mencari-cari kelemahan. Peluang, terobosan. Apakah ada peluang untuk menamkan pengaruh di kawasan? Apakah ada cara untuk mengganggu integrasi? Saya pikir ini raungan sirene dari Moskow untuk memikirkan bahwa jalan untuk maju dan contoh yang ditawarkan Moskow adalah jalan yang menarik bagi bangsa-bangsa Balkan," ungkap Damon Wilson.

Mantan sekretaris jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, Rusia sudah berobah dari mitra strategis ke saingan strategis. Dengan mencaplok Krimea, Rusia sudah menciptakan suasana yang sepenuhnya baru di Eropa yang mesti menyesuaikan diri dengan keadaan itu.

"Kita juga harus mempertahankan sikap teguh terhadap Rusia. Bagaimanapun besarnya keinginan Putin untuk dipandang sebagai orang kuat, ia juga menghormati bahasa yang keras-tegas dan posisi yang kuat. Ia menghormati unjuk kekuatan. Dan itulah sebenarnya yang harus kita lakukan," kata Rassmusen .

Namun postur NATO di masa depan bergantung pada hasil pemilihan presiden di Amerika. Calon Partai Republik Donald Trump menegaskan ia mau menetapkan syarat sebelum Amerika otomatis membela sekutu NATO apabila diserang.

Menurut Trump ia lebih dulu ingin melihat apa sumbangan negara-negara sekutu dalam NATO. Calon Partai Demokrat Hillary Clinton berjanji akan berdiri teguh di belakang NATO. Tidak berbuat demikian, tandas Clinton, akan menimbulkan ‘contoh berbahaya’. [al]