Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun langkah pengamanan benda koleksi museum termasuk duplikasi koleksi setelah terjadi kasus pencurian empat artefak emas di Museum Nasional, Jakarta.
JAKARTA —
Empat artefak emas berusia setidaknya 1000 tahun di Museum Nasional, Jakarta dinyatakan hilang. Hilangnya empat artefak emas dari masa Mataram Kuno tersebut diketahui pada hari Rabu dan baru dilaporkan kepada polisi Kamis sore.
Keempat artefak yang hilang berada di dalam satu buah lemari kaca yang dipajang di ruang Kasana Museum Nasional.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Katjung Marijan, mengatakan pihaknya saat ini sedang menyusun langkah pengamanan benda koleksi museum termasuk duplikasi koleksi setelah terjadi kasus pencurian empat artefak emas di Museum Nasional, Jakarta.
Menurutnya saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun rancangan peraturan pemerintah terkait tata kelola museum. Dalam aturan tersebut lanjutnya juga akan diatur tentang standarisasi museum termasuk pengamanan museum.
Selain itu integritas pengelola museum, kata Katjung, juga akan diperbaiki.
Sehubungan dengan empat artefak emas koleksi Museum Nasional yang hilang lanjut Katjung kementeriannya terus melacak melalui balai lelang dan komunitas barang kuno.
Dia pun mengaku telah menyurati balai lelang yang ada di dalam dan luar negeri agar tidak menerima sejumlah artefak emas tersebut.
“Aspek integritas dari pengelola museum termasuk keamanan, kalau orang disitu tidak mencintai museum bagaimana akan menjaga museum? Untuk itu kita melakukan pelatihan SDM karena soal integritas berkaitan dengan pelatihan SDM. Kita juga mengajak masyarakat mencintai museum…,” ungkap Katjung.
Museum Nasional merupakan museum terbesar di Indonesia yang jumlah koleksinya mencapai 141.000.
Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Asvi Marwan Adam menyatakan pengelolaan museum secara umum memang masih lemah, terutama dari sisi keamanan.
Dia mengungkapkan museum seharusnya tidak hanya dijaga oleh satpam tetapi juga polisi. Di kepolisian sebaiknya ada unit khusus yang bertanggung jawab terhadap tempat pariwisata dan cagar budaya ini.
Asvi Marwan mengatakan,”Museum nasional ini kan aset bangsa yang sangat tidak ternilai harganya. Saya melihat seyogyanya diperbantukan, ada perwira polisi mengepalai bidang keamanan disana, hal seperti ini biasa di luar negeri. Jadi ada yang menanganinya secara profesional. Dan kalau kita lihat pencurian-pencurian arca atau cagar budaya ini bukan hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di tempat lain.”
Asvi menceritakan sebelumnya pernah ada benda seni berupa tengkorak di Museum Nasional hilang tetapi bisa ditemukan kembali ketika pihak lelang Christy mengembalikannya kepada Indonesia.
Museum Nasional sendiri dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda di lokasi yang dulu dikenal dengan Koningsplein West, kini Jalan Medan Merdeka Barat 12, di atas lahan seluas 26.500 meter persegi.
Museum ini menyimpan 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari Klik koleksi pra sejarah, arkeologi, numismatik, heraldik, keramik, etnografi, sejarah dan geografi.
Keempat artefak yang hilang berada di dalam satu buah lemari kaca yang dipajang di ruang Kasana Museum Nasional.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Katjung Marijan, mengatakan pihaknya saat ini sedang menyusun langkah pengamanan benda koleksi museum termasuk duplikasi koleksi setelah terjadi kasus pencurian empat artefak emas di Museum Nasional, Jakarta.
Menurutnya saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun rancangan peraturan pemerintah terkait tata kelola museum. Dalam aturan tersebut lanjutnya juga akan diatur tentang standarisasi museum termasuk pengamanan museum.
Selain itu integritas pengelola museum, kata Katjung, juga akan diperbaiki.
Sehubungan dengan empat artefak emas koleksi Museum Nasional yang hilang lanjut Katjung kementeriannya terus melacak melalui balai lelang dan komunitas barang kuno.
Dia pun mengaku telah menyurati balai lelang yang ada di dalam dan luar negeri agar tidak menerima sejumlah artefak emas tersebut.
“Aspek integritas dari pengelola museum termasuk keamanan, kalau orang disitu tidak mencintai museum bagaimana akan menjaga museum? Untuk itu kita melakukan pelatihan SDM karena soal integritas berkaitan dengan pelatihan SDM. Kita juga mengajak masyarakat mencintai museum…,” ungkap Katjung.
Museum Nasional merupakan museum terbesar di Indonesia yang jumlah koleksinya mencapai 141.000.
Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Asvi Marwan Adam menyatakan pengelolaan museum secara umum memang masih lemah, terutama dari sisi keamanan.
Dia mengungkapkan museum seharusnya tidak hanya dijaga oleh satpam tetapi juga polisi. Di kepolisian sebaiknya ada unit khusus yang bertanggung jawab terhadap tempat pariwisata dan cagar budaya ini.
Asvi Marwan mengatakan,”Museum nasional ini kan aset bangsa yang sangat tidak ternilai harganya. Saya melihat seyogyanya diperbantukan, ada perwira polisi mengepalai bidang keamanan disana, hal seperti ini biasa di luar negeri. Jadi ada yang menanganinya secara profesional. Dan kalau kita lihat pencurian-pencurian arca atau cagar budaya ini bukan hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di tempat lain.”
Asvi menceritakan sebelumnya pernah ada benda seni berupa tengkorak di Museum Nasional hilang tetapi bisa ditemukan kembali ketika pihak lelang Christy mengembalikannya kepada Indonesia.
Museum Nasional sendiri dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda di lokasi yang dulu dikenal dengan Koningsplein West, kini Jalan Medan Merdeka Barat 12, di atas lahan seluas 26.500 meter persegi.
Museum ini menyimpan 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari Klik koleksi pra sejarah, arkeologi, numismatik, heraldik, keramik, etnografi, sejarah dan geografi.