Laporan Akhir Tahun: Trump Perkuat Doktrin “America First”

Presiden AS Donald Trump

Presiden AS Donald Trump sedang memperkuat doktrin politiknya yang mendahulukan kepentingan Amerika, dengan sejumlah kebijakan untuk merombak berbagai lembaga internasional yang dibentuk setelah Perang Dunia II.

Ketika Mike Pompeo diangkat menjadi Menteri Luar Negeri AS bulan Mei lalu menggantikan Rex Tillerson yang dipecat oleh Trump, Pompeo bertekad membantu departemen LN untuk memulihkan kekuatannya dalam menjalankan politik LN Amerika.

Untuk itu, ia menjelaskan kepada para pemimpin Eropa yang skeptis bahwa orde internasional yang dibangun sejak berakhirnya Perang Dunia II “telah gagal.” Kata Pompeo:

“Apabila berbagai perjanjian tidak lagi dijalankan, para pelanggarnya harus dimintai pertanggung-jawaban, dan perjanjian itu harus diperbaiki atau dibuang. Apabila kita sepakat tentang suatu hal, hal itu harus dijalankan dengan konsekuen.”

Karena itulah Presiden Trump telah meninggalkan perjanjian nuklir dengan Iran dan perjanjian tentang iklim yang ditandatangani di Paris. Trump juga telah memberhentikan atau memecat sejumlah pejabat tingginya. Kata para analis, Trump agaknya sedang berusaha membentuk tim yang sepenuhnya

bersatu mendukung semua kebijakannya. Celia Belin dari Brookings Institution mengatakan, “Setelah dua tahun menjabat, kini Trump telah dikelilingi oleh orang-orang yang setia padanya, orang-orang yang bertekad menjalankan semua visinya.”

Sementara itu, pertemuan puncak Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura bulan Mei lalu, masih belum menghasilkan sesuatu yang konkrit. Kata Luke Coffey dari Heritage Foundation:

“Walaupun apa yang dicapai dari pertemuan puncak itu tidak banyak artinya, fakta bahwa pertemuan itu bisa diadakan adalah suatu pencapaian yang luar biasa.”

Tapi berbeda dengan diplomasi yang dijalankannya untuk menghadapi Kim Jong-un, Presiden Trump sangat dikecam karena pertemuan puncaknya dengan pemimpin Russia Vladimir Putin, karena bagi banyak orang Trump tampak membela Putin yang dituduh mengadakan campur tangan dalam pemilihan presiden tahun 2016. Kata Luke Coffey lagi:

“Jelas saya akan menyebut pertemuan presiden Trump dengan Presiden Putin di Helsinki sebagai titik terendah dalam kebijakan luar negeri Amerika, bukan hanya untuk tahun ini, tapi juga sejak ia dilantik menjadi presiden.”

Pembunuhan kontributor harian Washington Post Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul belum lama ini telah mengguncang dunia internasional. Kendati mengecam pembunuhan itu,

Trump mengatakan ia tetap membela Arab Saudi, sekutu penting Amerika itu. Namun, sebagian analis mengatakan hal itu mengirim pesan yang keliru kepada para pemimpin dunia yang otoriter.

Celia Belin dari Brookings Institution menambahkan, “Trump dengan sangat jelas hendak menunjukkan bahwa kepentingan ekonomi (AS), jauh lebih tinggi dari nilai-nilai moral yang baik.”

Sementara itu, para pengamat sedang bersiap-siap menghadapi kemungkinan konfrontasi yang lebih keras antara Amerika dan China, dalam bidang perdagangan, penguasaan Laut China Selatan, dan keamanan dunia maya. (ii)