Perang yang tengah berlangsung antara militer dan pasukan paramiliter Sudan telah membuat negara itu berisiko tak mampu mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya dan telah membuat banyak orang terperosok semakin dalam ke kelaparan dan kemiskinan, menurut sebuah laporan Reuters.
Kantor berita itu hari Senin mengatakan bahwa tertundanya aktivitas bercocok tanam juga “sebagian karena” para petani tidak dapat menerima kredit dari bank dan tingginya harga barang-barang seperti pupuk dan bahan bakar.
Reuters mengatakan berbicara dengan belasan orang, termasuk para petani, pakar dan pekerja.
Empat petani, kata Reuters, melaporkan bahwa mereka mungkin tidak akan dapat bercocok tanam sebelum hujan lebat bulan ini.
Para petani juga mengatakan Sudan sedang mengarah ke bencana kelaparan, terlepas dari analisis PBB bahwa terlalu dini untuk membuat prediksi tersebut.
“Kacang tanah seharusnya telah ditanam,” kata seorang petani. “Hingga kini, persiapan kami nol. … Kami pikir kami terancam bencana kelaparan.”
Selain itu, badan-badan bantuan menuduh kedua pihak yang berperang telah memblokir akses bantuan kemanusiaan ke berbagai daerah. Kedua pihak telah menyatakan memfasilitasi akses tersebut, dan saling menuduh pihak lain yang menghambat bantuan. [uh/ab]