Pemberlakuan larangan ekspor beberapa kategori beras oleh pemerintah India karena kenaikan harga domestik dan kekhawatiran akan kekurangan hasil panen berikutnya, dinilai dapat mendorong harga biji-bijian global saat kerawanan pangan menjadi keprihatinan serius.
India, yang merupakan pengekspor beras terbesar di dunia, menyumbang 40% perdagangan beras global. India mengekspor beras ke sekitar 140 negara.
Ketika mengumumkan larangan itu Kamis lalu (20/7), pemerintah India mengatakan harga beras di negara itu setahun terakhir ini telah naik 11,5%. Bahkan satu bulan terakhir ini kenaikan harga mencapai 30%.
BACA JUGA: Beberapa Gerai Subway di India Setop Pakai Tomat karena Lonjakan HargaDalam sebuah pernyataan, Kementerian Urusan Konsumen India mengatakan telah mengubah kebijakan ekspor “guna memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang memadai di pasar India, dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik.” Kebijakan yang melarang ekspor beras itu akan segera diberlakukan.
Larangan Ekspor Dipicu oleh Inflasi Pangan Akibat Perubahan Iklim
India mengumumkan langkah itu hanya tiga hari setelah Rusia menangguhkan “Black Sea Grain Initiatives” yang mengizinkan pengiriman (ekspor) gandum Ukraina lewat Laut Hitam secara aman, memicu peringatan bahwa kedua kebijakan itu berpotensi menyebabkan lonjakan harga.
Editor pertanian di surat kabar Indian Express, Harish Damodaran, mengatakan pada VOA, “Dampak larangan beras di India pasti akan terasa pada harga global. Ini hanya beberapa hari setelah Rusia memutuskan tidak memperpanjang kesepakatan soal biji-bijian. Saat terjadi guncangan harga gandum, larangan ekspor beras India dapat menciptakan guncangan lebih lanjut di pasar pangan global.”
Para analis memperkirakan India tidak mungkin melonggarkan pembatasan itu segera setelah bergulat dengan inflasi pangan.
BACA JUGA: Banyak Negara Serukan Pemulihan Inisiatif Biji-bijian Laut HitamKenaikan harga pangan merupakan masalah sensitif bagi pemerintah India, yang sedang bersiap melangsungkan serangkaian pemilu di sejumlah negara bagian penting pada akhir tahun ini; disusul pemilu nasional pada April 2024.
Harga beras dan gandum menjadi sorotan utama di negara di mana sereal merupakan bagian utama dari makanan masyarakat berpenghasilan rendah. India telah memperketat ekspor pertaniannya sejak tahun lalu. Kebijakan yang melarang ekspor gandum lebih dari satu tahun lalu hingga kini masih berlaku.
Analis mengatakan meskipun India, yang merupakan produsen beras terbesar kedua di dunia, memiliki stok beras yang cukup untuk 1,4 miliar penduduknya; ada kekhawatiran bahwa musim hujan yang tidak menentu akan merusak tanaman padi yang ditanam Juni lalu dan sedianya dapat dipanen September nanti.
Hujan lebat di bagian utara India dalam beberapa minggu terakhir telah memicju banjir dahsyat di daerah-daerah utama penanaman padi. Sementara curah hujan yang rendah di bagian selatan telah menghalangi petani menanam padi.
“Kami mengatlaam hujan lebat dan banjir di Punjab dan Haryana, dua negara bagian yang memasok surplus beras ke negara bagian lain,” ujar analis pertanian Devinder Sharma pada VOA. Ditambahkannya, “sementara tragedi di selatan India adalah mereka tidak memiliki irigasi dan karenanya terdampak parah akibat kurangnya curah hujan. Jadi semua bisa kacau balau jika panen September nanti gagal… Oleh karena itu pemerintah benar-benar hati-hati. Mereka tidak mau mengambil risiko apapun.”
Pembatasan ekspor beras mengecualikan satu varietas yang sebagian besar diekspor ke Bangladesh dan beberapa negara lain di Afrika, yang menurut para analis merupakan langkah diplomatik untuk memastikan tetap terjalinnya hubungan baik negara-negara itu dengan India. [em/jm]