Ejekan di sekolah terhadap calon wakil presiden AS, Tim Walz, telah menimbulkan sebuah isu serius yang menjadi sorotan: bahkan di negara terkaya di dunia ini, ketika perjuangan untuk membeli perlengkapan menstruasi – yang dikenal sebagai “kemiskinan saat menstruasi” – merupakan keprihatinan utama bagi sebagian besar orang yang mengalami menstruasi.
Pada tahun 2023, Walz sebagai gubernur Minnesota menandatangani undang-undang negara bagian yang mewajibkan produk menstruasi gratis di sekolah. Dukungannya memicu kemarahan kaum konservatif yang mempertanyakan ketentuan RUU yang mewajibkan pembalut dan tampon di semua kamar kecil sekolah – tidak hanya untuk anak-anak perempuan.
Hal itu membuat Walz mendapat julukan yang digandrungi lawan-lawan politiknya, ketika ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden: “Tim Tampon.”
Sebagian besar obrolan online yang menggunakan julukan itu, berubah menjadi klaim yang kasar, aneh, dan bersifat seksual tentang Walz.
“Dia sakit,” kata Jesse Watters, pembawa acara di jaringan berita konservatif Fox, tidak lama setelah Walz diumumkan sebagai calon wakil presiden Kamala Harris.
Your browser doesn’t support HTML5
Walz memaksa sekolah untuk menyediakan tampon di kamar kecil anak laki-laki.
"Tampon di kamar kecil anak laki-laki kelas empat SD. Sungguh aneh. Untuk apa anak laki-laki membutuhkan tampon?"
Kandidat presiden Donald Trump juga menyampaikan hal yang sama, dengan mengatakan pada kampanyenya baru-baru ini di North Carolina: “Ia menyediakan tampon di kamar kecil anak laki-laki. Saya pikir tidak perlu. Tampon!” kata Trump.
Apa yang sebenarnya tertulis dalam undang-undang tersebut – dan apa yang tidak dikatakan dalam undang-undang itu. Namun, bahasa undang-undang negara bagian Minnesota, menurut para pendukung, tidak menyatakan hal tersebut.
Peraturan itu tidak menyebutkan jenis kelamin atau gender, hanya mengatakan bahwa perlengkapan itu harus disediakan “untuk semua siswa yang sedang menstruasi” di “toilet yang biasa digunakan oleh siswa di kelas 4 hingga 12.” [ps/lt]