Kekerasan Jumat sore sampai Sabtu (27/7) menandai masa pertumpahan darah paling parah sejak tentara menggulingkan Morsi dari kekuasaan awal bulan ini.
Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan paling sedikit 65 orang tewas di Kairo hari Sabtu setelah bentrokan terjadi antara pasukan keamanan dan pendukung Presiden Morsi yang digulingkan.
Pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan sembilan orang lainnya tewas di Alexandria sejak kerusuhan meletup pada hari Jumat.
Kekerasan Jumat sore sampai Sabtu menandai masa pertumpahan darah paling parah sejak tentara menggulingkan Morsi dari kekuasaan awal bulan ini. Tetapi, pendukung Morsi bertekad untuk meneruskan protes mereka, meskipun disertai bentrokan ini.
Morsi berada dalam tahanan militer yang dirahasiakan sejak 3 Juli. Kantor berita MENA mengatakan pemimpin Islamis itu ditahan sementara pejabat menyelidiki tuduhan ia berkonspirasi dengan kelompok militan Palestina, Hamas.
Pasukan keamanan mengatakan mereka dikonfrontir oleh pemrotes yang mempergunakan kekerasan dan yang berbaris dari sebuah perkemahan Ikhwanul Muslimin di Kairo Sabtu. Tetapi, sebaliknya, pendukung Morsi menuduh pasukan keamanan yang memulai kekerasan.
Dalam konferensi pers Sabtu, jurubicara gerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan pasukan keamanan menembak ke arah demonstran. Ia juga mengecam media pemerintah Mesir yang katanya melakukan liputan memihak dari kerusuhan itu.
Dokter di rumah sakit lapangan mengatakan mereka kewalahan. Fasilitas ini dekat tempat mogok duduk di Nasr City, Kairo, sebuah basis Ikhwanul Muslimin, di mana pemrotes berkemah selama lebih dari tiga minggu.
Koresponden VOA Elizabeth Arrott di Nasr City, mengatakan di jalan beberapa dinding bata telah dibangun guna memisahkan pasukan keamanan dan petugas darurat yang berkumpul dan perkemahan pemrotes. Tidak jelas siapa yang membangun tembok itu. Jalan dipenuhi puing-puing dan gas air mata masih tebal di daerah itu.
Pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan sembilan orang lainnya tewas di Alexandria sejak kerusuhan meletup pada hari Jumat.
Kekerasan Jumat sore sampai Sabtu menandai masa pertumpahan darah paling parah sejak tentara menggulingkan Morsi dari kekuasaan awal bulan ini. Tetapi, pendukung Morsi bertekad untuk meneruskan protes mereka, meskipun disertai bentrokan ini.
Morsi berada dalam tahanan militer yang dirahasiakan sejak 3 Juli. Kantor berita MENA mengatakan pemimpin Islamis itu ditahan sementara pejabat menyelidiki tuduhan ia berkonspirasi dengan kelompok militan Palestina, Hamas.
Pasukan keamanan mengatakan mereka dikonfrontir oleh pemrotes yang mempergunakan kekerasan dan yang berbaris dari sebuah perkemahan Ikhwanul Muslimin di Kairo Sabtu. Tetapi, sebaliknya, pendukung Morsi menuduh pasukan keamanan yang memulai kekerasan.
Dalam konferensi pers Sabtu, jurubicara gerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan pasukan keamanan menembak ke arah demonstran. Ia juga mengecam media pemerintah Mesir yang katanya melakukan liputan memihak dari kerusuhan itu.
Dokter di rumah sakit lapangan mengatakan mereka kewalahan. Fasilitas ini dekat tempat mogok duduk di Nasr City, Kairo, sebuah basis Ikhwanul Muslimin, di mana pemrotes berkemah selama lebih dari tiga minggu.
Koresponden VOA Elizabeth Arrott di Nasr City, mengatakan di jalan beberapa dinding bata telah dibangun guna memisahkan pasukan keamanan dan petugas darurat yang berkumpul dan perkemahan pemrotes. Tidak jelas siapa yang membangun tembok itu. Jalan dipenuhi puing-puing dan gas air mata masih tebal di daerah itu.