Lebih 2000 Bocoran Dokumen Ungkap Penyiksaan dan Trauma di Kamp Penahan Australia di Nauru

Pencari suaka melihat keluar pagar di kamp penahanan Pulau Manus di Papua Nugini. (Foto: dok.)

Ribuan bocoran dokumen menguak praktik penyiksaan dan trauma yang dialami tahanan anak-anak dan perempuan di pusat-pusat penahanan Australia di Pulau Nauru.

Lebih dari setengah bocoran dokumen mengenai insiden itu, yang dipublikasikan suratkabar Guardian Australia, melibatkan dugaan penyiksaan terhadap anak-anak, yang jumlahnya mencapai 18 persen dari total jumlah tahanan di Nauru.

Dokumen-dokumen itu mengungkap sejumlah insiden pelecehan seksual, perlakuan semena-mena terhadap anak-anak, dan kisah-kisah sejumlah tahanan yang berusaha melukai diri mereka sendiri.

Sebuah dokumen, contohnya, menceritakan seorang anak perempuan yang menulis di buku sekolahnya bahwa ia sudah lelah dengan perlakuan buruk di kampnya dan ingin mati.

Menurut suratkabar itu, dokumen-dokumen itu merekam peristiwa yang berlangsung pada periode antara pertengahan tahun 2013 dan Oktober 2015.

PM Australia Malcolm Turnbull mengatakan, pihak berwenang akan memeriksa dokumen-dokumen itu untuk melihat apakah ada keluhan atau isu-isu yang tidak diatasi sepatutnya. Pemerintahnya juga mengatakan, laporan itu masih merupakan tuduhan.

Ratusan pencari suaka ditahan di Nauru atau di Papua Nugini, setelah mereka ditangkap di laut oleh kapal-kapal Angkatan Laut Australia. Para pengungsi itu dilarang bermukim di Australia, sekalipun jika mereka diberi status pengungsi.

Kelompok-kelompok HAM telah lama menyerukan kepada Canberra untuk mengakhiri program penahanan itu dan memukimkan kembali para tahanan tersebut di Australia atau di tempat-tempat lain. Namun, pemerintah Australia mengatakan, keberadaan pusat-pusat penahanan itu telah berhasil menghentikan usaha-usaha para pencari suaka untuk mencapai wilayah Australia dengan menempuh perjalanan laut yang berbahaya. [ab/as]